Puisi Much. Khoiri
Cermin mana lagi yang kaupakai pagi ini
Untuk sekadar menimbang-nimbang Diri
Tak usah jauh. Kemarilah, duduklah di sini.
Mari simak kisah-kisah hikmah para Perawi.
Firaun yang perkasa menundukkan dunia
Menuhankan diri dan bergada kebengisan
Ternyata, keperkasaan itu takluk oleh usia
Yang tersisa mumi yang memancing amarah
Dan serapah anak manusia yang menyaksikan.
Lihatlah Karun yang dulu begitu kaya raya
Yang kunci gudangnya sepikul lelaki pekerja.
Namun, apakah yang pernah ditinggalkannya?
Tidak ada!, kecuali kisah pilu manusia serakah
Yang lupa asal-usulnya dan tujuan mengarah.
Ayo hayatilah kisah Nabi Sulaiman, raja salih
dermawan
Menjadi kesatria di siang hari dan rahib di waktu
malam.
Simaklah kisah para pembangun thareqat yang mulia:
Muhammad Bahauddin Al-Naqsyabandi, Abdul Qadir
Jaelani,
Abul Hasan Ali Al-Syazili, Abu Ahmad Abdal
Al-Jasti,
Abdul Qadir Al-Suhrawardi, Jalaluddin Al-Rumi,
Najamuddin Ahmad Al-Kubra, Al-Qadhi Al-Syatari,
Muhyidin Ibnu Arabi, atau Al-Rifa’i Al-Hussaini.
Juga para pencari Tuhan yang telah menyucikan jiwa
Sepanjang perjalanan usia tanpa sepatah keluh
kesah.
Ayolah segera temukan kelemahan, kehinaan,
Kefanaan, kebodohan dan keterbatasan insan
Agar mengenal Tuhan dengan segala kemuliaan
Kekuasaan, kemahatahuan, dan kebaqaan-Nya.
Jadilah musyafir jiwa yang mencapai tujuannya.
Lalu, tatkala waktu senjamu akhirnya tiba
Rayakanlah kemenangan jiwa yang gemilang
Menyambut husnul
khatimah saat tutup usia
Dan ridha menghuni rumah jiwa muthmainah
Yang dengan-Nya ada persuaan teramat mesra.
Surabaya,
221620
![]() |
Sumber gambar: ClipartMax |