Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Friday, July 24, 2020

BACA BUKU, DOAKAN PENULISNYA

Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Oleh: MUCH. KHOIRI

SETIAP hari Anda membaca buku, bukan? Membaca buku (atau kitab dalam bahasa Arab) adalah sebagian dari membaca (iqra’) dalam arti luas, yang wajib ditunaikan, sehingga ia menjadi kegiatan Anda sehari-sehari, bukan? Namun, ada pertanyaan kecil, apakah Anda mendoakan penulis buku yang Anda baca?

Jika Anda belum melakukan hal itu, maka mulai lakukanlah sekarang. Yakni, mendoakan penulis dari buku yang sedang  Anda baca. Apa pun buku yang Anda baca, dengan tema dan genre apa pun juga. Bayangkan Anda membaca kitab dari seorang syeikh yang Anda kagumi.

Meski demikian, doa yang dimaksud merupakan tambahan dari doa utama yang biasa Anda panjatkan seperti ini: Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman, dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang shaleh.” Doa ini Anda panjatkan secara istikomah, bukan?

Atau, mungkin Anda sudah lebih terbiasa membaca doa berikut ini: “Ya Allah, bukakanlah ke atas kami pintu ilmu dan kebijaksanaanMu, dan limpahkanlah ke atas kami rahmatMu, wahai Yang Memiliki Kebijaksanaan dan Kemuliaan.” Doa ini adalah doa yang dihapalkan bersama di madrasah-madrasah atau pondok pesantren, jadi Anda pastilah sudah lebih terbiasa.

Namun, yang dimaksud di sini bukanlah doa-doa tersebut, melainkan doa tambahan, wabil khusus bagi penulis buku. Misalnya, Anda berdoa agar penulis buku dianugerahi kesehatan, kebaikan, dan keberkahan sehingga tetap mampu menghasilkan buku-buku baru. Lebih khusus, Anda berdoa agar penulis buku memperoleh pahala jariyah ilmu yang telah dituangkan ke dalam buku tersebut.

Dengan mendoakan penulis buku, Anda seakan sedang menghubungi dan menghadirkan diri secara spiritual di depan penulis, dan bertawadlu’ serta memohon restu kepada beliau untuk mempelajari ilmu yang telah tertuang ke dalam buku itu. Bahkan, seakan Anda sedang “mengaji” di depan beliau, sehingga ada suasana yang mengandung relasi emosional antara Anda dan penulis buku.

Bagaimanapun, itulah etika murid yang berguru kepada guru, termasuk penulis buku yang sedang And abaca. Saat membaca, Anda adalah murid yang sedang menuntut ilmu, sementara guru bisa siapa saja (tanpa mengenal usia), sehingga penulis buku yang ada di rak-rak Anda adalah guru-guru yang pantas dihormati dan didoakan. Beliau-beliau adalah sumber ilmu yang wajib didoakan demi nilai kejariyahan ilmunya.

Mendoakan itu, secara implisit, sejatinya memohon restu dari guru (penulis) atas ilmu yang ingin dikuasai. Kalau sudah direstui, artinya diridhai, insyaa Allah ada kelapangan dan kemudahan bagi ilmu untuk “merasuk” ke dalam pikiran dan kalbu Anda. Bagaimanapun, tawadlu kepada guru itu salah satu syarat penting dalam menuntut ilmu.

Nah, jika Anda belum melakukan hal sederhana tersebut, tancapkan niat kuat di dalam hati. Mulai hari ini Anda doakan penulis-penulis dari buku yang Anda dalam rangka memakmurkan kejariyahan ilmu mereka. Dan yakinlah, sebagaimana gema suara di antara dua tebing tatkala Anda berteriak, para pembaca buku Anda juga akan melakukan hal yang sama dengan perbuatan Anda, yakni mendoakan Anda tatkala membaca buku-buku Anda.[]

­Driyorejo, 24 Juli 2020

*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, dosen, editor, penulis buku dari Universitas Negeri Surabaya. Tulisan ini pendapat pribadi.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts