Oleh Much. KhoiriSumber gambar: Dokumen Penulis
ALANGKAH lemahnya kita sebagai manusia. Ketika kita diuji dengan kesulitan atau ketidaknyamanan, rasanya hati ingin mengeluh, memprotes, bahkan memberontak—jauh dari rasa syukur. Terlebih tatkala kita dicerabut dari tempat yang sangat membahagiakan, rasanya kita ingin menangis dan mengutuk nasib—kadang ngrasani Tuhan mengapa ujian itu ditimpakan pada kita.
Pemberontakan semacam itu tentu bergejolak pada hari-hari tatkala ujian mulai dijalani. Kita belum tahu rahasia apa di balik semuanya. Hati kita masih terselimut amarah, belum menjadi tenang. Maka, waktu demi waktu, kita belajar memungut percik-percik makna di sana, dan dari situlah kita mulai memahami bahwa apa yang diujikan kepada kita hanyalah untuk meningkatkan kemuliaan. Emas dan mutiara akan kelihatan wujudnya setelah ditempa dan digosok. Ternyata, setelah waktu berlalu, ada berkah-berkah yang harus diraup dan bahkan layak dibagikan kepada sejawat.
Inilah yang agaknya hendak disampaikan oleh penulis buku ini, Sri Rahayu M.Pd. Dalam buku bertajuk “Meraup Berkah di Sekolah Baru” ini penulis memaparkan dengan indah (meski isinya bukan tentang hal-hal indah) pengalamannya menjadi guru mutasi: dari sekolah yang telah menyamannya selama 25 tahun ke sekolah baru. Semula dia melihatnya sebagai sesuatu yang berat, namun dengan man jadda wajada, dia menjadi kuat menapaki setiap langkah di tempat barunya.
Penulis buku ini telah berusaha mengubah stigma negatif tentang mutasi—bahwa mutasi itu berarti turun harga diri, bahwa mutasi itu berarti ada kesalahan yang dilakukan, bahwa mutasi itu diakali orang lain. Stigma negative itu harus diubah dan diluruskan. Yang benar, mutasi hanyalah peristiwa biasa, sunnatullah, dinamika, yang tak perlu ditangisi, melainkan perlu diterima sebagai wahana pengabdian yang baru.
Penulis mencurhatkan pengalamannya ke dalam lima-belas artikel (catatan harian yang ditambah dengan refleksi) dengan gaya bebas dan indah, kadang dibumbui ungkapan filosofis. Namun, maksud penulis dapat kita tangkap dengan baik dari gaya bahasa yang enak dari setiap tulisan yang ada. Flow of thought-nya enak diikuti, dan bahasanya lancar dan menjenakkan pembaca.
Justru dengan gaya bahasa semacam itu, agaknya, penulis ingin mendekat kepada pembaca, ingin berbagi, bukan menggurui. Untuk apa? Untuk mengabarkan betapa melimpahnya berkah yang dia raup dari penghayatan sebagai mutan di sekolah baru. Pada saat sama, dia juga ingin membagikan hikmah-hikmah yang dipetiknya kepada para pembaca agar semua itu menjadi pelajaran hidup yang penting.
Tentu, saya mengapresiasi keberanian penulis untuk menyusun dan menerbitkan buku ini. Tidak banyak guru yang berani mencurhatkan pengalaman kurang-enaknya kepada pembaca. Namun, saya menangkap, penulis justru wajib mengabarkan bahwa mutasi bukanlah hukuman, melainkan ujian yang justru akan menambah keberkahan.
Akhirnya, saya ucapkan selamat kepada penulis yang telah berhasil menerbitkan buku pertamanya. Ini capaian yang luar biasa—sesuatu yang telah diimpikannya sejak lama. Tentu saya berharap, buku ini bukanlah terminal akhir, melainkan terminal pertama dalam sebuah perjalanan panjang terdiri atas belasan atau puluhan terminal. Dan pada setiap terminal, dia berkabar tentang berkah dan berbagi hikmah.[]
*Much. Khoiri adalah
dosen, penggerak literasi, editor, dan penulis buku dari Universitas Negeri
Surabaya. Buku terbaru berjudul “SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan”
(edisi revisi, 2020).
semoga omjay bisa membaca isi bukunya yg sangat menarik ini
ReplyDeletehem...jadi malu
Deletesemoga, OmJay.
DeleteJadi tertarik, dan berharap suatu saat bapak dosen memberikan kata pengantar.
ReplyDeleteSemoga berkah...
DeleteSemoga demikian, Bu Nuraini.
DeleteKeren pengantarnya pak Dosen. Selamat bu Sri sudah berbagi. Berkah selalu
ReplyDeleteAamiin...matur sembah nuwun...
DeleteTerima kasih, Mas ustadz.
DeletePengantar yang sangat bagus pak Dosen.Semoga sukses bu Sri
ReplyDeleteAamiin...Matur sembah nuwun...
DeletePengantar yang membuat orang penasaran ingim membaca bukunya Bu Sri Rahayu.
ReplyDeleteBegitu nggih...Semoga tidak mengecewakan..
DeleteMakasih, Bu Mien. Smg sht sll
DeleteMakasih, Bu Mien. Smg sht sll
DeletePasti laris ini bukunya..pengantarnya membuat orang penasaran.
ReplyDeleteAamiin..
DeleteTunggu tanggal mainnya
DeleteAamiin Yaa Allah...
ReplyDeleteAamiin
DeleteMembaca pengantar yang ditulis Pak Emcho seolah saya sedang membaca keseluruhan isi bukunya. Kereen... As usual...
ReplyDeleteMakasih, Pak CepGa
DeleteTerima kasih banyak, Pak CepGa
ReplyDelete