Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Wednesday, January 6, 2021

Refleksi Akhir Tahun 2020: BERSYUKUR SEPANJANG TAHUN (Bagian 2- Habis)

 Oleh Much. Khoiri

(Dosen, penggerak literasi, blogger, penulis buku dari Unesa Surabaya)

Sumber gambar: Dokumen Pribadi


Lebih jauh, syukur saya sepanjang tahun 2020: Saya bisa mencurahkan waktu untuk dunia menulis saya. Mungkin, Anda tahu semboyan menulis saya—sebagaimana judul salah satu buku teori menulis saya, yakni “Write or Die, Jangan Mati sebelum Menulis Buku” (2017). Jadi, menulis itu kewajiban bagi saya—yang sama wajibnya dengan membaca. Tahun 2019 saya kehilangan waktu untuk menulis; namun, tahun 2020 waktu menulis saya luas dan leluasa. Jadi, tahun 2020, ibarat kereta api, saya sudah berada pada rel yang benar.

Apakah yang telah saya tulis? Saya menulis artikel-artikel harian untuk konsumsi grup-grup WA literasi saya—semisal Rumah Virus Literasi, Sahabat Pena Kita, GBL Sidoarjo, GGM Nusantara, Laskar Literasi 41, Kreasi Penggerak Literasi, Workshop PGRI Menulis, AlKhairiyah Menulis, IP3-Literasi Jatim, Pegiat Literasi Nusantara, Guru Spandela Menulis, Omah AsahAsihAsuh Literasi, dan sebagainya. Pada saat bersamaan, sebagian karya (kerap dalam versi pendek) saya pasang di facebook dan instagram.

Saya juga menulis untuk blog-blog Sahabat Pena Kita, Jalindo, Gurusiana, Yayasan Thamrin Dahlan, dan blog pribadi saya. Bolehlah saya disebut blogger. Untuk blog-blog itu saya menggilir pengunggahan artikel saya—ada yang dua pekan sekali, ada yang sepekan sekali, ada yang hampir setiap dua hari sekali. Biasanya saya men- share tautan tulisan saya di blog itu ke grup-grup WA literasi. Ini strategi saya agar tulisan saya di blog tetap dikunjungi oleh para sahabat penulis.

Lalu, saya juga menulis untuk surat kabar, sekitar dua pekan sekali. Tahun 2020 saya memiliki belasan artikel opini/refleksi yang dimuat di Harian Duta Masyarakat, Radar Surabaya, dan Bhirawa. Saya memang tidak berjuang keras menulis ke surat kabar seperti dulu sewaktu saya masih agak muda—sekarang, menulis ke surat kabar hanya untuk selingan saja, obat kangen, bukan untuk mencari tambahan penghasilan. Tahun depan saya targetkan menulis untuk surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

Selain itu, sejalan dengan menulis artikel ilmiah untuk jurnal terakreditasi, saya tentu menulis buku—passion terbesar saya dalam dunia menulis. Alhamdulillah, untuk tahun 2020 saya mampu menyusun tiga buah buku, dan ketiganya hadiah ulang-tahun saya pada bulan Maret 2020, judulnya “Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro” (2020), “Virus Emcho: Melintas Batas Ruang dan Waktu” (2020), dan “SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan” (edisi revisi, 2020).

Sayang sekali, saya tidak berhasil menerbitkan dua naskah buku lagi, yang saya susun di paruh kedua tahun 2020. Buku pertama berisi pelangi kata pengantar yang telah saya berikan untuk buku-buku para sahabat penulis dalam tahun-tahun terakhir. Buku kedua berisi hasil refleksi dalam memaknai dan menjalani hidup—dengan mendasari pemaknaan dengan sebuah tesis bahwa hakikatnya dunia ini adalah sebuah madrasah, tempat belajar dalam arti luas. Mudah-mudahan tahun 2021, dua buku ini menjadi hadiah ultah saya yang ke-56.

Kemudian, yang patut saya syukuri lagi adalah saya masih cukup sering berbagi tentang sastra dan literasi ke berbagai forum. Sebelum pandemi, saya masih mengisi acara literasi di Sidoarjo, Surabaya, dan Mojokerto dengan tatap-muka dalam forum besar. Lalu, pandemi hadir, seminar atau workshop pun digelar daring; saya mengisi tak kurang dari 10 acara, terutama bagaimana menulis dan menerbitkan buku. Hanya dua kali selama New Normal saya mengisi seminar dan workshop literasi, namun itu cukup mengobati kerinduan.

Yang tak kalah berharganya adalah saya benar-benar memiliki lebih banyak kesempatan untuk merenung. Inilah momentum yang sangat saya senangi. Merenung itu memasuki keheningan, dan kehehingan memungkinkan saya menghasilkan mutiara pemikiran yang layak saya abadikan, berupa kata-kata mutiara atau ungkapan filosofis yang selama 2020 saya memasang mereka sebagai status WA saya setiap hari, dengan label Quote of the Day.

Sebenarnya, masih banyak yang bisa saya paparkan sebagai perwujudan rasa syukur saya sepanjang tahun 2020. Namun, saya bisa ringkas begini: Tahun 2020 adalah tahun yang penuh syukur sepanjang tahun, baik dalam ujian sakit maupun ujian sehat—keduanya menempatkan saya dalam keheningan untuk lebih mampu menikmati hidup dan berkarya sejalan dengan khittah saya yang sesungguhnya.[]


No comments:

Post a Comment

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts