Oleh: Much. Khoiri
SESUNGGUHNYA bersama kesulitan ada kemudahan. Sepenggal firman Allah itu sengaja saya kemukakan di sini, guna memperteguh keyakinan kita akan pesan terdalam dari ayat tersebut. Seberapa sulitnya urusan atau masalah yang kita hadapi, pastilah ada solusi, jalan keluar, kemudahan—tentu bagi kita yang mengimaninya dan berusaha keras untuk mengatasi kesulitan itu.
Pandemi covid-19 hadir di antara kita, bahkan menjadi ujian untuk kita semua. Pada sisi tertentu, ia dipandang sebagai kesulitan, mengingat ada perubahan besar dalam tata kehidupan yang harus disesuaikan. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, ada perubahan mendasar dalam pembelajaran, yakni diberlakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan aneka konsekwensinya.
Namun, para guru SMPN 13 Surabaya yakin bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Maka, mau tak mau mereka harus mendisrupsi diri dan sekaligus melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran, baik materi, metode, media, maupun asesmen. Semua menjadi pengalaman mahal bagi para guru. Saking mahalnya, pengalaman itu urgen untuk diabadikan ke dalam tulisan. Buku ini adalah bukti nyata para guru mengabdikan pengalaman PJJ selama pandemic ke dalam tulisan.
Demikianlah pesan pertama yang hendak disampaikan dalam buku ini. Meski kesulitan menghantui PJJ, beberapa penulis dalam buku ini mampu menyulap kesulitan itu sebagai tantangan untuk menulis. Mereka berhasil menjawab tantangan itu dengan karya nyata—berupa tulisan yang amat mungkin dibaca publik, lalu menginspirasi dan dikembangkan menjadi berbagai tulisan, yang intesitasnya tak terduga.
Pesan lainnya, meski hanya beberapa saja, mereka berhasil menambah jumlah guru penulis di negeri tercinta ini. Itu sebuah prestasi yang tak dapat diabaikan. Di tengah kebutuhan buku yang tinggi, kehadiran guru penulis dalam buku ini ibaratnya angin segar yang berhembus di tengah layunya dunia perbukuan. Bahkan, jika mereka ingin meniti profesi tambahan sebagai penulis buku, inilah saatnya mereka untuk memulainya. Dan buku ini adalah tonggak momentum yang terbaik!
Dalam hal ini, marilah buka kartu! Menurut data statistik nasional, pada 2020 angka melek huruf telah mencapai 98% dari sekitar 268 juta jiwa penduduk Indonesia. Semestinya ini merupakan ladang penerbitan buku sangat subur. Sayangnya, profesi penulis sering dipandang sebelah mata karena kurang menjanjikan penghasilan yang layak, terlebih adanya miskonsepsi tentang kegiatan menulis buku yang kurang memberikan manfaat bagi perkembangan perbukuan di Indonesia.
Mari bandingkan perbukuan di Amerika dan Indonesia. Di Amerika Serikat sejak tahun 2018 telah terbit 75 ribu buku; di Indonesia hanya 10% dari buku terbit di Amerika, bahkan dapat lebih kecil lagi. Padahal dari segi jumlah penduduknya, tahun 2020 penduduk Amerika 330 juta jiwa dan Indonesia 268 juta jiwa. Inilah saatnya kita seharusnya belajar banyak tentang penerbitan buku ini.
Tentu saja ada variabel lain yang menjadi penyebab perbedaan penerbitan buku antara Amerika dan Indonesia, antara lain rendahnya daya beli buku dan budaya membaca masyarakat kita. Dua variabel penting inilah yang justru harus kita perhatikan untuk digarap secara sungguh-sungguh. Karena itu, hadirnya buku-buku karya guru tampaknya akan membantu menyelesaikan masalah yang ada.
Selain itu, hingga saat ini masih ada miskonsepsi mengenai profesi menulis buku. Banyak yang berpandangan bahwa menulis buku adalah pekerjaan yang sulit sekali, memerlukan waktu yang banyak, perlu serius dan memerlukan bakat yang luar biasa untuk buku-buku (genre tertentu). Bahkan ada mitos bahwa menulis buku adalah pekerjaan orang orang yang superkreatif dan para petualang. Semua ini kadang dianggap sebagai mitos-mitos.
Pemerintah memang telah memasukkan program literasi ke dalam kurikulum pendidikan dengan harapan program ini mampu menumbuhkan minat baca bagi masyarakat Indonesia, dan berharap pula bahwa kegiatan membaca nantinya dapat menjadi budaya yang ditumbuhkan mulai dari sekolah-sekolah di Indonesia. Diharapkan pula, program literasi mampu menumbuhkan generasi yang mampu dan hobi membaca serta menulis buku.
Dalam konteks demikian, penting kiranya untuk
mengapresiasi para guru penulis yang telah berjuang keras dalam menyusun buku
ini. Mereka telah mengalahkan mitos-mitos dalam menulis. Bahkan mereka telah
menjadi teladan untuk diri sendiri dan orang-orang sekitarnya, serta berkembang
bersama tulisan. Mudah-mudahan budaya
literasi membaca dan menulis di Indonesia segera berkembang pesat dan mengejar
ketertinggalan dari negara-negara maju.[]
Surabaya,
21 Oktober 2020
*Much. Khoiri adalah dosen, penggerak literasi, editor, dan
penulis 45 buku dari Unesa Surabaya. Buku terbaru berjudul “SOS Sapa Ora Sibuk:
Menulis dalam Kesibukan” (Edisi revisi, 2020).
Menghadirkan keteladanan itu yang penting dalam tahap menulis berikutnya ya, Master. Terima kasih sharingnya.
ReplyDeleteLeres sanget, Bu Lina. Semoga kita bisa menjadi teladan
DeleteTurut bangga atas lahirnya buku antologi para guru ini...luuuarr biasa👍👍
ReplyDeleteMatur nuwun sanget
DeleteSebuah Kata Pengantar yang cetar membahana Pak Haji
ReplyDeleteMatur nuwun sanget, Bu hajjah
Delete