Buku karya Farida Hanum |
Oleh: MUCH. KHOIRI
PEMBIASAAN sikap dan perilaku serta penanaman nilai-nilai membuahkan hasil signifikan ketika pembiasaan dimulai sejak masa kanak-kanak. Semakin intensif pembiasaan itu, semakin signifikan dampaknya. Mengikuti perspektif behavioristik ini, pembiasaan kegemaran menulis anak bisa ditumbuhkembangkan dengan berbagai upaya yang disengaja.
Agaknya itulah yang dimaksudkan oleh penulis buku ini, seorang guru yang sehari-hari berperan sebagai guru dan sekaligus ibu. Berangkat dari keprihatinannya atas kondisi menyedihkan terkait dunia anak yang rendah kebiasaan menulisnya, penulis buku ini mengajak pembaca, terutama orangtua, untuk menumbuhkan kegemaran anak menulis.
Menurut penulis buku, menumbuhkan kegemaran menulis anak, tentu, tidaklah mudah. Salah satu tantangan adalah kehadiran gadget yang lebih menarik dari pada buku, yang cenderung membuat mereka terlena untuk bermain-main. Di ponsel mereka lebih cenderung menulis pesan entah apa saja dengan bahasa seenaknya pula. Mereka berkomunikasi dengan "register" khas mereka. Singkatnya, andaikata mereka membaca dan menulis, semua itu masih tidak beraturan.
Membangun kegemaran dan kebiasaan menulis anak, dengan demikian, urgen dilakukan. Untuk itu, bagi penulis buku ini, orangtua perlu memahami karakter anak dengan baik. Kebiasaan membaca pun perlu dibangun, sebab membaca itu sumber pengetahuan untuk menulis. Selain itu, peran orangtua dan guru, keteladanan keluarga, serta dukungan pihak sekolah sangat diperlukan. Terutama keteladanan, sungguh sangat penting maknanya.
Membimbing anak menulis dengan keteladanan itu memiliki dampak yang sangat kuat. Anak akan menurut apa yang diarahkan oleh guru atau orangtua ketika keteladanan diberikan. Ibaratnya, anak akan mau mandi kalau orangtua sudah mandi, mau mengaji kalau orangtua suka mengaji, mau ke tempat ibadah kalau orangtua suka beribadah, dan seterusnya. Tanpa keteladanan, bimbingan atau pendampingan akan kehilangan (setidaknya kekurangan) daya pengaruhnya.
Penulis buku ini, dengan caranya sendiri, mengarahkan pembaca, terutama orangtua, dari bagaimana memahami karakter anak, membangun kebiasaan membaca, hingga seputar tulisan anak. Pada bab terakhir dia memaparkan trik menulis, menulis dari nol, menulis pengalaman, membuat anak gila menulis, dan menerbitkan tulisan anak. Sekali lagi, bimbingan atau pendampingan perlu disertai keteladanan yang memadai. Dengan begitu, tepat kiranya guru atau orangtua menggunakan kalimat ajakan: "Yuk menulis, Nak."
Tentu saja, penulisan buku ini diharapkan menjadi virus bagi guru lain atau pembaca umumnya. Ia akan menebar ke berbagai lini sekolah, menyapa ribuan atau jutaan guru sehingga mereka tergerak untuk menulis buku tentang aneka strategi membudayakan literasi di sekolah dan rumah. Mereka akan menjadi bagian dari rentangan tali kontinuitas pengetahuan yang berkesinambungan. Anda, tentu, termasuk di dalamnya.
Mudah-mudahan seluruh pembaca buku ini menemukan mutiara hikmah dan inspirasi untuk mengabadikan berbagai gagasan dan pengalaman ke dalam buku yang menyejarah. Tatkala itu terjadi, impian terpendam penulis buku ini menjadi kenyataan. Betapa bahagianya saat menulis menjadi amal jariyah yang pahalanya senantiasa mengalir tanpa jeda.[]
*Artikel ini adalah kata pengantar untuk buku Farida Hanum berjudul “Yuk Menulis, Nak!: Menumbuhkan Anak Gemar Menulis” (Jakarta Utara, Mediaguru Digital Indonesia, 2018). Terima kasih disampaikan kepada penulis buku dan penerbit.
PEMBIASAAN sikap dan perilaku serta penanaman nilai-nilai membuahkan hasil signifikan ketika pembiasaan dimulai sejak masa kanak-kanak. Semakin intensif pembiasaan itu, semakin signifikan dampaknya. Mengikuti perspektif behavioristik ini, pembiasaan kegemaran menulis anak bisa ditumbuhkembangkan dengan berbagai upaya yang disengaja.
Agaknya itulah yang dimaksudkan oleh penulis buku ini, seorang guru yang sehari-hari berperan sebagai guru dan sekaligus ibu. Berangkat dari keprihatinannya atas kondisi menyedihkan terkait dunia anak yang rendah kebiasaan menulisnya, penulis buku ini mengajak pembaca, terutama orangtua, untuk menumbuhkan kegemaran anak menulis.
Menurut penulis buku, menumbuhkan kegemaran menulis anak, tentu, tidaklah mudah. Salah satu tantangan adalah kehadiran gadget yang lebih menarik dari pada buku, yang cenderung membuat mereka terlena untuk bermain-main. Di ponsel mereka lebih cenderung menulis pesan entah apa saja dengan bahasa seenaknya pula. Mereka berkomunikasi dengan "register" khas mereka. Singkatnya, andaikata mereka membaca dan menulis, semua itu masih tidak beraturan.
Membangun kegemaran dan kebiasaan menulis anak, dengan demikian, urgen dilakukan. Untuk itu, bagi penulis buku ini, orangtua perlu memahami karakter anak dengan baik. Kebiasaan membaca pun perlu dibangun, sebab membaca itu sumber pengetahuan untuk menulis. Selain itu, peran orangtua dan guru, keteladanan keluarga, serta dukungan pihak sekolah sangat diperlukan. Terutama keteladanan, sungguh sangat penting maknanya.
Membimbing anak menulis dengan keteladanan itu memiliki dampak yang sangat kuat. Anak akan menurut apa yang diarahkan oleh guru atau orangtua ketika keteladanan diberikan. Ibaratnya, anak akan mau mandi kalau orangtua sudah mandi, mau mengaji kalau orangtua suka mengaji, mau ke tempat ibadah kalau orangtua suka beribadah, dan seterusnya. Tanpa keteladanan, bimbingan atau pendampingan akan kehilangan (setidaknya kekurangan) daya pengaruhnya.
Penulis buku ini, dengan caranya sendiri, mengarahkan pembaca, terutama orangtua, dari bagaimana memahami karakter anak, membangun kebiasaan membaca, hingga seputar tulisan anak. Pada bab terakhir dia memaparkan trik menulis, menulis dari nol, menulis pengalaman, membuat anak gila menulis, dan menerbitkan tulisan anak. Sekali lagi, bimbingan atau pendampingan perlu disertai keteladanan yang memadai. Dengan begitu, tepat kiranya guru atau orangtua menggunakan kalimat ajakan: "Yuk menulis, Nak."
Tentu saja, penulisan buku ini diharapkan menjadi virus bagi guru lain atau pembaca umumnya. Ia akan menebar ke berbagai lini sekolah, menyapa ribuan atau jutaan guru sehingga mereka tergerak untuk menulis buku tentang aneka strategi membudayakan literasi di sekolah dan rumah. Mereka akan menjadi bagian dari rentangan tali kontinuitas pengetahuan yang berkesinambungan. Anda, tentu, termasuk di dalamnya.
Mudah-mudahan seluruh pembaca buku ini menemukan mutiara hikmah dan inspirasi untuk mengabadikan berbagai gagasan dan pengalaman ke dalam buku yang menyejarah. Tatkala itu terjadi, impian terpendam penulis buku ini menjadi kenyataan. Betapa bahagianya saat menulis menjadi amal jariyah yang pahalanya senantiasa mengalir tanpa jeda.[]
*Artikel ini adalah kata pengantar untuk buku Farida Hanum berjudul “Yuk Menulis, Nak!: Menumbuhkan Anak Gemar Menulis” (Jakarta Utara, Mediaguru Digital Indonesia, 2018). Terima kasih disampaikan kepada penulis buku dan penerbit.
I Like Aba...Thanks a lot
ReplyDeleteYou are welcome, B hajjah. Semoga makin produktif
DeleteMasyaalloh. Terima kasih sharing tulisannya.
ReplyDeleteSemoga makin kreatif.
DeleteBuku yg layak untuk dibaca. Semoga banyak dibeli oleh mereka yang ingin anak anaknya cerdas literasinya.
ReplyDeleteSemoga laris manis, OmJay. Makasih
DeleteMembimbing anak menulis dengan keteladanan. Kereenn...
ReplyDeleteMakasih, Pak CepGa. Salam kreatif selalu
DeleteBuku edukatif sekali
ReplyDeleteTerima kasih, B ririn.
DeleteWah penasaran silahkan berkunjung ke www.ninghhani.blogspot.com
ReplyDeleteAkan segera meluncur. tmksh
DeleteKata pengantar yang bagus untuk buku yang pastinya bagus juga.
ReplyDeleteInsyaallah, makasih banyak
DeleteSelamat ya Bu Farida, dapat kata.pengantar yang jos banget
ReplyDeleteSuperjoss
DeleteKeren Pa Dosen. Selamat untuk kesekian kalinya.
ReplyDeleteMakasih, KaRos
DeleteOke..konten sarat makna.
ReplyDeletePak Sutanto, makasih banyak. Salam kreatif.
DeleteBuku yg bisa mjd tuntunan dlm mengajak anak menulis. Keren.
ReplyDeleteMakasih banyak, Bu. Sehat selalu
Delete