Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Tuesday, November 3, 2020

MENATAP RASUL, BETAPA KECILNYA AKU

Sumber gambar: Dok Pribadi
Oleh: Much. Khoiri 

Membaca buku “Lentera Kegelapan” (640 halaman) ini, meski baru sebagian saja, memperkuat kesadaran diri betapa aku begitu kecil--sepersekian butir debu--dihadapkan pada (ibaratnya) hamparan gurun pasir Rasulullah SAW, manusia sempurna dalam segala hal, sejak beliau dalam kandungan hingga beliau wafat. Benar-benar manusia terpilih dan paling istimewa!

Saking istimewanya, Allah Subhanahu wata’alaa berfirman begini, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat (memuji dan berdoa) ke atas Nabi (Muhammad SAW). Wahai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu ke atasnya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan kepadanya.”

Sungguh, manusia muslim diserukan untuk banyak-banyak membaca (dan menghayati) shalawat atas Nabi SAW dalam sebarang waktu yang memungkinkan. Bukan hanya manusia yang harus bershalawat. Allah dan para malaikat pun melantunkan shalawat atas Nabi SAW. Betapa nistanya manusia sombong yang tidak mau bershalawat.

Di samping itu, Nabi SAW adalah teladan yang nyata, dengan kemuliaan akhlak yang tak tertandingi. Bahkan beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Justru keteladanan dengan akhlak karim inilah yang menjadi bukti bahwa beliau adalah rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi seluruh alam).

Ya, beliau adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya orang Islam, melainkan orang lain dari berbagai religi, serta makhluk-makhluk lain. Beliau menjadi rahmat bagi sekalian makhluk yang ada. Karena itu, dalam bahasa mahabbah (bahasa cinta), beliau digambarkan sebagai “anta samsun, anta badrun, anta nuurun fauqa nuurin…” (Engkaulah surya yang menyinari kelamnya hati manusia, Engkaulah purnama penerang gelapnya jiwa manusia, Engkaulah cahaya di atas cahaya).

Sementara aku--sepersekian debu ini--begitu dhaif hanya untuk berusaha meneladani beliau. Aku kecil, bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Tenggelam dalam ketakberdayaan. Hanya kepada Allah segala sesuatu disandarkan. Hanya atas izin dan ridha-Nya, aku si kecil ini belajar meneladani bagaimana Nabi SAW berpikir, bersikap, bertutur, dan berperilaku.(*)

Driyorejo, 2-11-2020

*Much. Khoiri adalah dosen, penggerak literasi, editor, dan penulis buku dari Unesa Surabaya. Tulisan ini pendapat pribadi.

 

14 comments:

  1. Benar, Master, semakin kita baca kehidupan Rasulullah, semakin kita merasa amat dhaif. Beliau teladan luar biasa.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Membaca tulisan ini, saya menitikkan air mata. Betapa diri ini tak ada apa apanya, sangat tak berdaya. Semoga diri ini selalu bisa bershalawat.

    ReplyDelete
  4. Subhanallah...diksinya luar biasa menggugah kesadaran, betapa diri ini memang kecil -sangat kecil dan tak berdaya jika bukan Allah semata yang memberikan ridho -Nya.

    ReplyDelete
  5. Leres... Akhlak beliau sangat menakjubkan. Pernah saya tulis dalam pentigraf cerita saat hijrah ke Thaif.

    ReplyDelete
  6. Berapa kecilnya diri kita..Betapa sedikit nya amal baik kita..Kita hanya bersaha untuk Mengikuti sunnah nya dengan keterbatasan yang ada..Istimewa buat pak guru.. Terimakasih artikelnya

    ReplyDelete

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts