Oleh MUCH. KHOIRI
DALAM situasi pandemi covid-19 ini, aksi begal motor bangkit lagi, bahkan semakin
menyesakkan. Di kota-kota besar aksi mereka benar-benar berharga nyawa. Nyawa
dipertaruhkan. Tak jarang mereka nekad melukai korban-korbannya, yang
kebanyakan kaum hawa. Bahkan di beberapa sudut kota, jalan-jalan tertentu telah
dianggap ekstra-rawan.
Hampir setiap hari
kita menyimak berita kriminal begal motor di media cetak atau layar kaca. Banyak korban berjatuhan,
tapi hanya sedikit pelaku yang tertangkap atau dimassa. Memang perintah tembak
di tempat telah diberikan terhadap begal motor. Namun, aksi mereka seakan tidak
pernah surut. Semakin jadi
bukti, mereka telah masuk dalam lingkaran mafia.
Pertanyaannya,
perlukah begal motor itu dipetrus? Petrus adalah penembakan misterius yang
dilancarkan semasa Orde Baru pada tahun 1982—1985-an. Sasarannya para kriminal
yang meresahkan masyarakat, yang dimulai dari komunitas “gali” (gabungan anak
liar) di Yogyakarta. Dari Yogya, pemberantasan kriminal yang semula digunakan
untuk shock theraphy itu meluas ke
berbagai pelosok negeri.
Masih segar dalam
ingatan saya. Sewaktu saya duduk di bangku SMA, saya pernah menyaksikan mayat
yang tergantung di dalam kantung besar, dan diselipi uang (untuk bantuan
pemakaman). Lama-kelamaan saya juga pernah menyaksikan mayat yang tergeletak di
pinggir jalan, tanpa selipan uang pemakaman. Masyarakat setempat terkena
getahnya: harus memakamkan mayat-mayat tak diundang itu.
Dampak terapi kejut
petrus cukup kuat saat itu. Orang-orang yang memiliki simbol identitas para
gali atau kriminal kelas kakap—misalnya tato—segera melakukan penghilangan
simbol atau tanda yang ada. Bahkan, tak sedikit orang bertato yang rela
menyeterika anggota tubuhnya, agar tidak diidentikkan dengan pada gali.
Operasi petrus itu
memberikan dampak kejut yang luar biasa. Sebagai warga biasa saya merasakan
rasa aman yang menyenangkan setelah operasi petrus. Angka kriminalitas
tampaknya turun tajam. Sayang sekali, karena ada oknum-oknum tertentu yang
menyalahgunakan, operasi petrus pun mendapat tantangan dari para pembela HAM.
Kembali ke pertanyaan,
apakah begal motor perlu dipetrus? Saya bukan aparat kepolisian atau anggota
militer atau aktivis pembela HAM. Namun, dalam hati saya sepakat jika (sekali lagi
jika) pemerintah memutuskan untuk mempetrus para begal motor. Perintah tembak
di tempat perlu ditingkatkan menjadi ‘perintah buru dan sergap’ secara proaktif.
Terlebih, kini sudah
ada indikasi bahwa para begal motor telah berada dalam lingkar mafia yang
memiliki kekuatan mengerikan. Kekuatan itu, antara lain, mereka tunjukkan
dengan sengaja mempertontonkan aksi mereka di dekat sentra-sentra aparat
keamanan. Bahkan, pernah juga ada kriminal yang menyatru kantor aparat
keamanan. Ini seakan tindakan yang disengaja untuk memberikan peringatan kepada
pihak berwajib.
Saya ingat ungkapan
guru saya, “Kejahatan yang terorganisir, meski dengan jumlah sedikit, akan
mampu melamahkan atau menghancurkan Kebaikan yang tercerai-berai meski
jumlahnya banyak.” Begal motor yang terorganisir dalam lingkar mafia bisa
sangat mengkhawatirkan masyarakat umum. Hal ini perlu direnungkan mendalam.
Bagaimana dengan
HAM? Inilah celah lemah dalam pengadilan. HAM kerap disanjung sedemikian
sebagai alat untuk membela yang salah. Inilah pula yang kerap membuat penegakan
hukum menjadi lemah. “Di situ saya kadang merasa sedih,” demikian bunyi jeritan
hati itu. Banyak orang lupa bahwa hak asasi orang itu dibatasi oleh hak asasi
orang lain.
Namun, jujur saja,
apakah para begal motor pernah memikirkan HAM tatkala menyabetkan sajam
(senjata tajam) ke korban-korbannya? Apakah mereka ingat HAM yang menjadi hak
dari ahli waris korban-korban yang dijatuhkannya? Tidak! Mereka tidak ingat HAM
saat beraksi. Mereka buta dan tuli akan HAM. Haruskah mereka dibela atas nama
HAM pula?
Sungguh, sebagai
warga negara biasa, saya hanya ingin negeri ini aman dan nyaman ditempati. Sembari
merapatkan barisan di kalangan warga masyaraat, pemerintah wajib memberikan
keamanan dan kenyamanan. Petrus mungkin hanya salah-satu alternatifnya.
Alternatif yang urgen untuk dipertimbangkan—ketika alternatif lain tidak segera
membuahkan hasil.
Semoga negeri ini
segera aman dari begal motor yang meresahkan. Semoga aparat mendapat limpahan lindungan
dan kekuatan lahir-batin dari Tuhan Yang Maha Kuasa.[]
Petrus istilah pembersihan Begal tahun 80an. Sangat mengerikan.saat otu hampir tiap hari mayat bertato.ditemukan
ReplyDelete