Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Sunday, May 3, 2020

MEMASARKAN BUKU

Sumber gambar: Dok. Pribadi

Oleh MUCH. KHOIRI

DALAM perspektif manajemen pemasaran brand, buku yang telah kita hasilkan perlu dipasarkan kepada pembaca. Mengapa kita perlu memasarkan buku kita?
Hakikatnya, buku kita adalah komoditas, produk yang harus dipasarkan ke hadapan masyarakat penikmat buku. Memasarkan buku akan makin mendekatkan jarak sosial antara buku (dan kita) dan pembaca/penikmat buku.  Itu akan membuat buku kita terjual di pasaran.
Dalam manajemen pemasaran brand, dikenal apa yang disebut marketing mix (istilah yang semula dipakai Neil Borden sekitar tahun 1948 dalam artikelnya “The Concept of the Marketing Mix.”) yang meliputi 4-P: product, price, promotion, place. Kemudian, Kotler dan Armstrong (1997) menambah 3 unsur lagi—participant, process, physical evidence, sehingga menjadi 7-P.
Sebagai produk, buku kita harus dikemas apik dan di-branding sebegitu rupa untuk menarik dan memuaskan animo pembaca. Agar buku menarik, buatlah buku baru, unik, dan bernilai lebih dibandingkan buku yang pernah ada. Selain itu, kemasan (bentuk) harus seimbang dengan isi (gagasan) yang disampaikan.
Buku kita yang ciamik harus diberi harga (price) yang “bersahabat” dengan isi saku pembaca, dengan strategi baik market skimming pricing, market penetration pricing maupun neutral pricing. Harga itu, kata Monroe (2005), merupakan pengorbanan ekonomis pelanggan guna memperoleh produk atau jasa (buku). Dalam hal ini, harga dan barang perlu seimbang.
Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena bergantung pada persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu (Schifman and Kanuk, 2001). Namun, jika kita tidak serakah memgambil keuntungan buku, harga buku akan lebih terjangkau.
Selain itu, ada strategi promosi (promotion) untuk memasarkan buku kita, dengan media pengiklanan (advertising), public relations, personal selling dan sales promotion. Strategi apapun bisa kita ambil, mana yang paling cocok dengan jenis dan bentuk buku kita—tentu saja sesuai pula dengan kemampuan pemasaran kita.
Hal itu ditunjang dengan pemajangan (place), yang merujuk ke saluran distribusi, dengan berbagai strategi: distribusi intensif, distribusi selektif, distribusi eksklusif, dan franchising. Intinya, distribusi ini terkait kemudahan memperoleh produk (buku kita) di pasar dan tersedia saat konsumen mencarinya.
Selain itu, untuk pemasaran buku, diperlukan partisipant (people) atau karyawan kita, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses distribusi buku itu sendiri. Komitmen mereka sangat dibutuhkan untuk kesuksesan pemasaran buku.
Proses (process) adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada pembeli/pembaca selama melakukan pembelian buku kita. Pengelola usaha melalui front liner sering menawarkan berbagai macam bentuk pelayanan untuk tujuan menarik pembaca. Fasilitas jasa konsultasi gratis, pengiriman produk, credit card, card member dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image “perusahaan” kita.
Terakhir, lingkungan fisik (physical evidence) adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk suasana. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi—maksudnya: situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, peletakan dan layout yang nampak sebagai obyek stimuli (Belk 1974 dalam Assael 1992). Tentu, agar buku kita eye-catching di mata pembaca.
Meski demikian, jika kita menerbitkan sendiri buku kita (self-publishing), tiada pilihan lain kecuali melaksanakan setiap unsur strategi di atas. Namun, jika kita menyerahkan penerbitan kepada penerbit, serahkan sepenuhnya penerapan 7 bauran pemasanan itu kepada pihak penerbit. Itu jauh lebih simpel dan efektif.
Apapun langkah kita, satu hal sudahlah jelas: kita harus menerbitkan atau mempublikasikan buku kita. Ibaratnya, kalau mau jualan, kita harus sudah siap dengan apa yang akan dijual. Sekali lagi, buku kita adalah komoditas yang harus dipasarkan.
Memang, bisa saja kita membagi-bagikan buku kita ke orang lain lewat dunia maya semisal blog atau website, namun dampaknya akan lebih dahsyat jika kita menerbitkannya menjadi buku. Dengan buku itu, hak kekayaan intelektual kita lebih terjamin.  
Selain ada kekuatan hak milik intelektual, buku kita yang diterbitkan ke dalam buku akan lebih konkret dan lebih luas menyapa pembaca. Ketika buku kita laris, misalnya, kita akan menjadi seorang selebriti—dan pembaca kita akan antre meminta kita tangan di bagian sampul buku kita.
Selamat menulis dan memasarkan buku!

7 comments:

  1. Terimakasih ilmu nya master Emcho. Untuk penulis pemula kadang belum kepikiran bagaimana proses memasarkan buku.bisa merangkai tulisan menjadi buku sudah bersyukur banget. Bagaimana caranya menumbuhkan rasa pe de bahwa bukunya layak untuk disambut dipasaran....

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Pak Dosen. Informatif... 👍👍

    ReplyDelete
  3. Sangat mencerahkan artikelnya pak Dosen. Banyak guru sukses menerbitkan buku. Tapi bingung memasarkannya. PR besar. Bisakah pemerintah memberi apresiasi?

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun ilmu pemasaran bukunya Abah...sangat bermanfaat bagi kami yg sdh sangat bersyukur dpt membuat buku, apalagi jika kami bisa memasarkannya sesuai arahan2 Abah... barokallah utk Abah Khoiri...

    ReplyDelete

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts