Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Monday, May 4, 2020

SMALL SALARY BUT BIG INCOME

Foto dengan 'Man at Work (Slovakia)
Sumber gambar: Dok. Pribadi

Oleh: MUCH. KHOIRI

ISTILAH “gaji” (salary) dalam tulisan ini dimaksudkan untuk memaknai penghasilan seseorang karena bekerja secara tetap pada suatu instansi pemerintah atau swasta. Gaji lazim meningkat secara bertahap, sejalan dengan jenjang karir yang dia tekuni. Maksudnya, besar-kecilnya gaji bergantung pada tingkat karirnya.

Sekarang, mengapa saya membuat judul di atas? Ada sebuah pelajaran menarik. Ada seorang kenalan guru SMP yang kerap naik BMW-nya. Rumahnya beberapa buah, dan tergolong megah. Keluarganya tampak sejahtera dan terpenuhi segala kebutuhannya. Dia sendiri, yang tampak religius itu, selalu tampil rapi, dengan pakaian yang bermerek.

Sepintas kita mungkin akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin guru yang golongan III itu mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang berkualitas itu? Andaikata dia sudah menerima tunjangan profesi (TPP) sekalipun, mustahil dia menghasilkan gaji yang sepadan untuk menyangga gaya hidupnya yang wah.

Usut punya usut, ternyata inilah kuncinya: small salary, big income. Ya, dia memang hanya menerima gaji rutin yang rendah sebagai guru, begitu katanya. Namun, dia meraup pemasukan (income)—di luar gaji—secara melimpah. Bahkan, menurutnya, pemasukan di luar gajinya berlipat-lipat dibandingkan gajinya sebagai guru. Katanya, “Gaji boleh sedikit, tapi income harus besar.”

Ternyata, di luar profesinya sebagai guru, dia telah menjalankan bisnis percetakan secara tekun sejak sekian tahun silam. Tentu, dia melakukannya di luar jam-jam dinasnya sebagai guru. Ditekuninya bisnis percetakan ini habis-habisan, sempat jatuh-bangun, dan kini sudah sukses besar, dengan  perusahaan percetakan di tiga kota, dengan puluhan karyawan—yang semua disejahterakan pula.

Kisah guru tersebut begitu menggerakkan! Ada pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita petik. Pertama, seharusnya kita jangan berkecil-hati dengan jumlah gaji kita, kendati jumlahnya (mungkin) kecil. Rezeki Tuhan untuk kita tidak hanya bersumber dari gaji. Terhampar luas sumber-sumber rezeki yang bisa kita upayakan untuk menambah penghasilan.

Kedua, kita wajib berusaha melakukan apapun untuk mendapatkan rezeki di luar pekerjaan rutin kita. Sumber-sumber rezeki memang terhampar luas, namun semua itu tak akan mendatangkan income bagi kita kalau kita tidak pernah mengusahakannya. Income harus direbut dengan perjuangan dan usaha keras.

Apa yang dilakukan guru di atas mempertegas pelajaran berharga ini. Selain tekun menjadi guru (yang menyebabkan karir dan gajinya lancar), dia juga menjalankan bisnis percetakan dengan segala perjuangan. Dia amat yakin, bahwa Tuhan melimpahkan rezeki bagi siapapun yang berusaha keras dan cerdas. Orang yang tak bekerja, jangan berharap untuk meraup income banyak.
Tentu saja, saya tidak membicarakan keberuntungan (luck) dan keajaiban (miracle). Dua hal ini tidak termasuk ke dalam perhitungan yang mudah diukur—bahkan memang mustahil diukur. Keberuntungan dan keajaiban itu merupakan faktor tak terkendali, karena keduanya memang bukan urusan kita.

Sebagai manusia yang tidak berhak mengendalikan keberuntungan dan keajaiban, kita hanya mampu menjalankan yang jelas-jelas saja. Banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan kita. Mulai membuka mata hingga tidur kembali, kita sebenarnya bisa melihat peluang-peluang usaha.

Hanya saja, selama ini mungkin kita belum bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Mengapa begitu? Ya, karena kita belum menemukan secara tepat apa kemampuan kita, sehingga cocok dengan peluang-peluang tersebut. Kita menjadi pesimistik akibat ketidaktahuan akan potensi kita. Padahal, untuk sukses, kita harus bersikap optimistik dalam mengejar impian kita.

Jika nanti kita sudah menemukan potensi atau keahlian kita, kita pastilah akan mampu membaca peluang-peluang tersebut. Misalnya, jika kita ahli dalam pemasaran, kita bisa melamar kerja atau bekerja sama dengan perusahaan guru di atas sebagai tenaga atau mitra pemasaran bidang percetakan.

Begitulah, sebaiknya kita tidak hanya berkutat dalam gaji rutin yang itu-itu saja. Jika kita investasikan waktu, tenaga, dan pikiran; kita akan memanen kenyamanan yang ditimbulkan dari investasi kita itu. Jika ingin income besar (selain gaji), kita harus mau bekerja keras dan cerdas.*


*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, dosen, editor, penulis 42 buku dari Unesa Surabaya.

1 comment:

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts