Foto dengan 'Man at Work (Slovakia) Sumber gambar: Dok. Pribadi |
Oleh: MUCH. KHOIRI
ISTILAH “gaji” (salary) dalam tulisan ini dimaksudkan
untuk memaknai penghasilan seseorang karena bekerja secara tetap pada suatu
instansi pemerintah atau swasta. Gaji lazim meningkat secara bertahap, sejalan
dengan jenjang karir yang dia tekuni. Maksudnya, besar-kecilnya gaji bergantung
pada tingkat karirnya.
Sekarang, mengapa
saya membuat judul di atas? Ada sebuah pelajaran menarik. Ada seorang kenalan guru
SMP yang kerap naik BMW-nya. Rumahnya beberapa buah, dan tergolong megah.
Keluarganya tampak sejahtera dan terpenuhi segala kebutuhannya. Dia sendiri,
yang tampak religius itu, selalu tampil rapi, dengan pakaian yang bermerek.
Sepintas kita
mungkin akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin guru yang golongan III itu mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang berkualitas itu? Andaikata dia sudah
menerima tunjangan profesi (TPP) sekalipun, mustahil dia menghasilkan gaji yang
sepadan untuk menyangga gaya hidupnya yang wah.
Usut punya usut,
ternyata inilah kuncinya: small salary, big
income. Ya, dia memang hanya menerima gaji rutin yang rendah sebagai guru,
begitu katanya. Namun, dia meraup pemasukan (income)—di luar gaji—secara melimpah. Bahkan, menurutnya, pemasukan
di luar gajinya berlipat-lipat dibandingkan gajinya sebagai guru. Katanya,
“Gaji boleh sedikit, tapi income
harus besar.”
Ternyata, di luar
profesinya sebagai guru, dia telah menjalankan bisnis percetakan secara tekun
sejak sekian tahun silam. Tentu, dia melakukannya di luar jam-jam dinasnya
sebagai guru. Ditekuninya bisnis percetakan ini habis-habisan, sempat
jatuh-bangun, dan kini sudah sukses besar, dengan perusahaan percetakan di tiga kota, dengan
puluhan karyawan—yang semua disejahterakan pula.
Kisah guru tersebut
begitu menggerakkan! Ada pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita petik. Pertama, seharusnya kita jangan
berkecil-hati dengan jumlah gaji kita, kendati jumlahnya (mungkin) kecil.
Rezeki Tuhan untuk kita tidak hanya bersumber dari gaji. Terhampar luas
sumber-sumber rezeki yang bisa kita upayakan untuk menambah penghasilan.
Kedua,
kita wajib berusaha melakukan apapun untuk mendapatkan rezeki di luar pekerjaan
rutin kita. Sumber-sumber rezeki memang terhampar luas, namun semua itu tak
akan mendatangkan income bagi kita
kalau kita tidak pernah mengusahakannya. Income
harus direbut dengan perjuangan dan usaha keras.
Apa yang dilakukan
guru di atas mempertegas pelajaran berharga ini. Selain tekun menjadi guru
(yang menyebabkan karir dan gajinya lancar), dia juga menjalankan bisnis
percetakan dengan segala perjuangan. Dia amat yakin, bahwa Tuhan melimpahkan
rezeki bagi siapapun yang berusaha keras dan cerdas. Orang yang tak bekerja,
jangan berharap untuk meraup income
banyak.
Tentu saja, saya
tidak membicarakan keberuntungan (luck)
dan keajaiban (miracle). Dua hal ini
tidak termasuk ke dalam perhitungan yang mudah diukur—bahkan memang mustahil
diukur. Keberuntungan dan keajaiban itu merupakan faktor tak terkendali, karena
keduanya memang bukan urusan kita.
Sebagai manusia
yang tidak berhak mengendalikan keberuntungan dan keajaiban, kita hanya mampu
menjalankan yang jelas-jelas saja. Banyak sekali kegiatan yang bisa kita
lakukan untuk menambah penghasilan kita. Mulai membuka mata hingga tidur
kembali, kita sebenarnya bisa melihat peluang-peluang usaha.
Hanya saja, selama
ini mungkin kita belum bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Mengapa
begitu? Ya, karena kita belum menemukan secara tepat apa kemampuan kita,
sehingga cocok dengan peluang-peluang tersebut. Kita menjadi pesimistik akibat
ketidaktahuan akan potensi kita. Padahal, untuk sukses, kita harus bersikap
optimistik dalam mengejar impian kita.
Jika nanti kita
sudah menemukan potensi atau keahlian kita, kita pastilah akan mampu membaca
peluang-peluang tersebut. Misalnya, jika kita ahli dalam pemasaran, kita bisa
melamar kerja atau bekerja sama dengan perusahaan guru di atas sebagai tenaga
atau mitra pemasaran bidang percetakan.
Begitulah,
sebaiknya kita tidak hanya berkutat dalam gaji rutin yang itu-itu saja. Jika
kita investasikan waktu, tenaga, dan pikiran; kita akan memanen kenyamanan yang
ditimbulkan dari investasi kita itu. Jika ingin income besar (selain gaji), kita harus mau bekerja keras dan
cerdas.*
*Much. Khoiri adalah penggerak literasi, dosen, editor, penulis 42 buku dari Unesa Surabaya.
luar biasa master. menginspirasi.
ReplyDelete