Karya anyar Much. Khoiri |
Oleh A Mustamsikin
Koiri
Judul tulisan ringan ini berangkat dari salah satu pegiat literasi dan dosen kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yakni Much. Khoiri, dalam status FB beliau mengenai aktivitas menulis. Much Khoiri--yang lebih sering disapa dengan Pak Emcho-- memang seorang pegiat literasi yang amat moncer dikenal saat ini.
Dalam dunia tulis menulis, Pak Emcho memiki tips atau sebuah jargon untuk selalu merawat semangat menulis, yakni “Menulis atau Mati.” Bahkan, secara nyata beliau juga menulis sebuah buku yang berjudul SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan (2016), yang cukup mengelitik bagi penulis untuk disimak.
Jika melihat jargon yang dibuat oleh Pak Emcho ini, tentu dapat disimpulkan bahwa beliau merupakan seorang tokoh yang amat mencintai dunia literasi. Dari jargon ini pula, beliau banyak dikutip oleh para penulis lain, termasuk Pak Naim—sapaan akrab Dr. Ngainun Naim-- dalam bukunya The Power of Writing ( hal. 53).
Selain itu, belaiu bukan hanya lihai dalam berteori menulis, namun juga secara praktis beliau telah memberikan teladan bagi pegiat literasi, terlebih mengenai tulis menulis. Bukti nyata mengenai kelihaian beliau tertuang jelas dalam buku yang telah penulis sebutkan di atas.
Meski kesibukan terus menghampiri beliau, serasa tiada henti, namun karena kuatnya perinsip yang belaiu bangun beliau tetap menulis. Menulis dalam pandangan beliau merupakan hidup itu sendiri; sehingga sesibuk apapun beliau tetap menulis.
Dalam hal ini, penulis pun "sementara" sepakat dengan perinsip beliau, meskipun tentu tidak semudah itu dalam praktiknya. Pandangan penulis sejauh ini masih bertahan pada ungkapan bahwa menulis--dalam arti yang sesungguhnya--itu tidak mudah.
Judul tulisan ringan ini berangkat dari salah satu pegiat literasi dan dosen kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yakni Much. Khoiri, dalam status FB beliau mengenai aktivitas menulis. Much Khoiri--yang lebih sering disapa dengan Pak Emcho-- memang seorang pegiat literasi yang amat moncer dikenal saat ini.
Dalam dunia tulis menulis, Pak Emcho memiki tips atau sebuah jargon untuk selalu merawat semangat menulis, yakni “Menulis atau Mati.” Bahkan, secara nyata beliau juga menulis sebuah buku yang berjudul SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan (2016), yang cukup mengelitik bagi penulis untuk disimak.
Jika melihat jargon yang dibuat oleh Pak Emcho ini, tentu dapat disimpulkan bahwa beliau merupakan seorang tokoh yang amat mencintai dunia literasi. Dari jargon ini pula, beliau banyak dikutip oleh para penulis lain, termasuk Pak Naim—sapaan akrab Dr. Ngainun Naim-- dalam bukunya The Power of Writing ( hal. 53).
Selain itu, belaiu bukan hanya lihai dalam berteori menulis, namun juga secara praktis beliau telah memberikan teladan bagi pegiat literasi, terlebih mengenai tulis menulis. Bukti nyata mengenai kelihaian beliau tertuang jelas dalam buku yang telah penulis sebutkan di atas.
Meski kesibukan terus menghampiri beliau, serasa tiada henti, namun karena kuatnya perinsip yang belaiu bangun beliau tetap menulis. Menulis dalam pandangan beliau merupakan hidup itu sendiri; sehingga sesibuk apapun beliau tetap menulis.
Dalam hal ini, penulis pun "sementara" sepakat dengan perinsip beliau, meskipun tentu tidak semudah itu dalam praktiknya. Pandangan penulis sejauh ini masih bertahan pada ungkapan bahwa menulis--dalam arti yang sesungguhnya--itu tidak mudah.
Mungkin
pembaca boleh sepakat dan boleh tidak sepakat mengenai hal ini. Akan tetapi,
tidak salah jika pembaca mencobanya. Dengan demikian, pembaca akan
dapat membuktikan apakah menulis itu mudah--dalam kesibukan--atau sulit. So,
cobalah. Anda akan merasakannya.[]
Wallahu A'lam Bisshawab.
Wallahu A'lam Bisshawab.
Kediri, 21 Maret
2017
*Artikel di
atas dikutip dari buku karya Much. Khoiri “Virus Emcho Melintas Batas Ruang
Waktu” (Sidoarjo, Tankali, 2020), hlm. 8-9.
**Pesan
buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789
No comments:
Post a Comment
Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.