Sumber gambar: Dok. Pribadi |
SATU LAGI kenikmatan hidup dicabut oleh Allah dari diri Dulgemuk selepas usia separuh abad. Ya, satu lagi. Lainnya apa, tak perlu disebutkan di sini. Saya hanya mengupas singkat tentang dicabutnya kenikmatan minum kopi murni hitam. Sekarang ini berlakulah baginya: "kopi murni hitam no, kopi susu yes."
Sungguh, soal nikmatnya kopi, jangan ditanya. Bagi pecinta kopi, minum kopi adalah kebutuhan primer, sejalan dengan makanan pokok. Tanpa kopi, hidup terasa hampa dan tidak bergairah. Kopi menjadi darah daging bagi para pecintanya. Bahkan seakan kopi adalah napas mereka. Lebih baik tidak makan daripada tidak ngopi. Terlebih jika kopinya serasa kupu-kupu.
Tentang nikmatnya kopi pernah dirasakan Dulgemuk. Dia telah mencicipi aneka rasa kopi dengan aneka rasa dan aneka efeknya: mulai kopi murni semacam Robusta dan kawan-kawan (yang tersaji di coffee shop) hingga kopi beras (yang tersaji di warung kopi pinggir jalan). Minum kopi pun ada kisah petualangannya. Favoritnya, tentu, kopi murni yang disuguhkan Yu Tun yang legit dan khas--serta menimbulkan kerinduan.
Sayangnya, saat ini dia harus menjatuhkan talak pada kopi hitam. Mengapa? Kemarin sore, setelah minum kopi murni hitam, sontak kepalanya pening berat tak tertahankan. Jika pada hari atau minggu sebelumnya dia merasakan pening sedikit, kemarin sore rasa pening itu sangat dahsyat. Di samping itu, perutnya menjadi mual yang serius. Rasanya ada yang salah dengan lambungnya.
Bergegaslah Dulgemuk menemui dokter keluarga. Setelah cek sana-sini, dia memdapat warning untuk tidak meminum kopi hitam murni. Lambungnya telah menolaknya. Dulgemuk sadar, dia tidak lagi muda, alias sudah tua untuk berkopi ria. Organ-organ tubuhnya sebagian sudah dol alias aus dimakan usia. Organ-organ ini tak berfungsi dengan normal. Wajar kiranya jika terjadi kesalahan(error) di sana-sini.
Maka, dia memutuskan untuk mengonsumsi kopi susu atau kopi krimer. Kopi jenis ini "lebih bersahabat" alias berterima dari pada Robusta dkk. Setidaknya Dulgemuk tidak mual dan pusing seketika selepas minum kopi susu. Jadi alarm-nya sederhana, apakah mual dan pusing menyerang setelah minum kopi. Nah, karena dia baik-baik saja, kopi susu atau kopi krimer jadi pilihan yang tepat baginya.
Untuk semua sahabat yang masih tetap setia dengan kopi murni hitam, Dulgemuk sangat menghormati mereka dalam-dalam. Hidup adalah pilihan. Keputusan Dulgemuk ini hanya berlaku baginya, bukan untuk orang lain, bukan pula untuk warung kopi atau coffee shop. Semua ini semata demi kesehatan Dulgemuk.
Maka, mulai saat ini Dulgemuk tidak perlu resah lagi. Masih ada peluang baginya untuk minum kopi, meski itu bukan kopi murni. Tiada kopi hitam, kopi susu pun berguna. Ada sebuah pelajaran hidup untuk menerima takdir apa adanya. Di situlah Dulgemuk menemukan perlunya rasa syukur yang mendalam. Maka, dalam hati dia berbisik: "Nikmat dari Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Syukuri apa adanya; hidup adalah anugerah.*[]
*Much. Khoiri: penggerak literasi, dosen, editor, dan penulis buku.
Betul Pak. Syukuri sepenuh hati anugerah Ilahi. Tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada kopi hitam, kopi susu pun jadi. Salam sehat sll.
ReplyDeleteApapun jenis minuman yang dihidangkan, asal yang menghidangkan Yu Tun dijamin mantul bagi DulGemuk. Salam sehat dan sukses selalu DulGemuk.
ReplyDeleteMantab..
ReplyDelete