Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Thursday, April 23, 2020

Prakata: Tiga Ranah Praktik Literasi*

Sumber gambar: Dok. Pribadi

Oleh MUCH. KHOIRI

Untuk memahami konsep praktik literasi, perlu kiranya kita menelisik dua konsep penting dalam New Literacy Studies (NLS) yang melihat literasi sebagai bagian dari praktik sosial secara luas. Dua konsep itu adalah praktik literasi (literacy practices) dan peristiwa literasi (literacy events).
Dalam studi literasi tentang tiga komunitas di South Carolina, AS, Shirley Heath (1983) (dalam Dewayani dan Retnaningdyah 2017: 10-12), mendefinisikan peristiwa literasi sebagai peristiwa apa pun di mana bentuk teks menjadi bagian dari interaksi peserta dan pemaknaan teks. Lebih sederhana lagi, istilah peristiwa literasi bisa dipahami sebagai peristiwa apa pun — yang bisa diamati — di mana produk tertulis dimungkinkan. Sementara itu, praktik literasi tidak hanya mencakup peristiwa yang bisa diamati tetapi juga nilai-nilai dan perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang yang terlibat dalam praktik literasi.
Dalam kalimat lain, dalam buku Situated Literacies, Barton, Hamilton & Ivanic (2000) menyatakan, praktik-praktik literasi adalah sebarang kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kaitannya dengan literasi. Praktik-praktik literasi bisa diasumsikan sebagai sesuatu yang abstrak karena mereka mencakup "nilai, sikap, perasaan, dan relasi sosial." Sementara itu, peristiwa literasi adalah komponen-kompomen praktik sosial yang bisa dilihat dan diamati.
Dalam pengertian ini, Barton, Hamilton, dan Ivanic (2000) mengusulkan konsepsi penting untuk memahami literasi sebagai praktik sosial: (1) Literasi dimaksudkan sebagai serangkaian praktik sosial yang bisa dilacak dari berbagai peristiwa yang berkaitan dengan teks tertulis; (2) Ada berbagai bentuk literasi dalam berbagai aspek kehidupan; (3) Praktek literasi dibangun melalui institusi sosial dan hubungan kekuasaan. Beberapa praktik literasi lebih dominan dan berpengaruh daripada yang lain; (4) Praktik literasi memiliki tujuan tertentu dan terkait erat dengan tujuan sosial dan praktik budaya secara umum; (5) Literasi terjadi dalam konteks historis; dan (6) Praktik literasi terus berubah, dan bentuk-bentuk baru litrerasi secara teratur diperoleh melalui proses pembelajaran informal dan pembuatan makna.
Berdasarkan konsepsi tersebut, pembelajaran literasi terjadi lebih dekat pada model ideologis literasi daripada model literasi otonom. Street (1995) mengusulkan "model otonom" dan "model ideologis" literasi. Model otonom mengasumsikan literasi sebagai pengembangan kognitif: keterampilan atau seperangkat keterampilan yang dikembangkan oleh seorang individu, terlepas dari konteks sosial. Sementara itu, model ideologis adalah literasi kritis yang berakar pada agensi sosial yang melihat individu sebagai tertanam erat dalam konteks sosial dan budaya di mana praktik literasi memiliki makna (Lotherington 2007).
Pertanyaannya, apakah praktik  literasi dan pembelajaran literasi juga terjadi di negeri ini, serta mengacu pada konsepsi di atas? Literasi dewasa ini dipahami bukan hanya kemampuan melek aksara, melainkan lebih jauh lagi, termasuk melek informasi dan melek hidup. Literasi bukan hanya dipelajari, melainkan juga harus dipraktikkan. Sejak gerakan literasi nasional (GLN) dideklarasikan tahun 2016, ada tiga ranah gerakan literasi yang dijalankan, yakni gerakan literasi sekolah (GLS), gerakan literasi keluarga (GLK), gerakan literasi masyarakat (GLM). 
Dalam praktiknya, gerakan literasi sekolah (GLS)  dilaksanakan dengan mengintegrasikannya dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas yang didukung oleh orang tua dan masyarakat.
Gerakan literasi keluarga (GLK) dilaksanakan dalam bentuk penyediaan bahan bacaan keluarga, penguatan pemahaman tentang pentingnya literasi bagi keluarga, dan pelaksanaan kegiatan literasi bersama keluarga. Semua anggota keluarga bisa saling memberikan tauladan dalam melakukan literasi di dalam keluarga dengan berbagai macam variasi kegiatan.
Gerakan literasi masyarakat (GLM) dilaksanakan dalam bentuk penyediaan bahan bacaan yang beragam di ruang publik, penguatan fasilitator literasi masyarakat, perluasan akses terhadap sumber belajar, dan perluasan pelibatan publik dalam berbagai bentuk kegiatan literasi. (Retnaningdyah et.al. 2016).
Di beberapa daerah di negeri ini gerakan literasi dalam tiga ranah tersebut telah dilaksanakan dengan intensitas masing-masing. Ada daerah yang baru melaksanakan gerakan literasi sekolah, namun ada juga daerah yang telah mulai menjalankan ketiga ranah tersebut dengan baik. Surabaya termasuk salah satu kota yang telah menjadi pionir dalam menjalankan gerakan literasi tiga ranah itu.
Dengan demikian, guru, orangtua, dan masyarakat terlibat, langsung atau tidak langsung, dalam praktik dan pembelajaran literasi--tentu dengan model yang berbeda. Dalam ranah keluarga dan masyarakat, model ideologis amat boleh jadi lebih dominan ketimbang ranah sekolah. Pembelajaran literasi ranah sekolah cenderung bermodel onotom, yakni lebih mengedepankan pengembangan kognitif siswa: keterampilan atau seperangkat keterampilan yang dikembangkan oleh siswa, cenderung terlepas dari konteks sosial; meski dalam praktiknya, kegiatan-kegiatan "sosial" juga dilibatkan.
Karena pelaksanaan gerakan literasi nasional sangat beragam antara daerah satu dan daerah lain, beragam pulalah pengalaman para penggiat literasi (termasuk guru) dalam mengemban tugas literasi mereka. Menariknya, ada penggiat literasi yang memiliki kekayaan pengalaman menggerakkan literasi di sekolah, keluarga, dan masyarakat--mengingat ada di antara mereka yang juga terlibat langsung di dalamnya.  Yang lebih menarik, ada pula guru yang peduli untuk mengabadikan pengalaman praktik literasi mereka ke dalam tulisan.
Buku ini menghimpun tulisan-tulisan tentang praktik-praktik literasi berdasarkan pemahaman dan pengalaman penulisnya--tentu, dengan kapasitas dan gaya penulisan masing-masing. Mereka ingin berbagi praktik-praktik literasi lewat tulisan dengan pembaca. Mereka keluar dari zona nyaman yang biasanya melenakan sesama teman sejawat mereka. Mereka ingin berbeda. Tak dimungkiri, lewat tulisan, mereka sedang melakukan konstruksi identitas mereka sendiri, yakni identitas sebagai penulis. Lengkapnya, mereka akhirnya bisa menyandang status sebagai "guru penulis".
Barangkali tulisan-tulisan dalam buku ini hanya merupakan potret lanskap kecil dari hamparan praktik dan pembelajaran literasi di negeri ini. Di luar sana kiranya masih banyak lanskap luas yang perlu diabadikan. Ke depan, bahkan, lanskap itu akan makin kaya dengan beragam tanaman praktik literasi. Yang indah bukan banyaknya lanskap itu, melainkan itikad kuat para penulis dalam memotretnya. Kata Pramoedya Ananta Toer,  “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” 
Mudah-mudahan praktik-praktik literasi yang tertuang di dalam buku ini mampu memberikan hikmah dan inspirasi bagi pembaca sekalian. Bahkan, sangat diharapkan, hikmah dan inspirasi itu berkembang dan dikembangkan menjadi tulisan-tulisan yang kelak juga menawarkan hikmah dan inspirasi berantai. Dengan aras demikian, ditulisnya praktik-praktik literasi ini menemukan makna sesungguhnya.[]

*Artikel ini adalah prakata editor untuk buku Sri Sugiastuti dkk. berjudul “Pelangi Praktik Literasi: Antologi Praktik Lterasi 21 Penulis AGM” (Karanganyar, CV Pupa Media, 2019). Terima kasih disampaikan kepada para penulis buku dan penerbit. 
**Pesan buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789
#Dosen Unesa, penggerak literasi
#Trainer, editor, penulis 42 buku
#Blog-1: muchkhoiriunesa.blogspot.com
#Blog-2: muchkhoiri.gurusiana.id
#Web-1: jalindo.net
#Web-2:  sahabatpenakita.id
#FB:  much.khoiri.90
#IG-1: @much.khoiri
#IG-2: @emcho_bookstore


4 comments:

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts