Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Sunday, April 19, 2020

Prakata “Mata Kata: Dari Literasi Diri”

Sumber gambar: Kover Dok. Pribadi

Oleh Much. Khoiri
SELAMAT DATANG di buku ini yang menyajikan berbagai catatan pemikiran dan refleksi saya berdasarkan hasil amatan dan penghayatan dari waktu ke waktu, terkait dengan dunia literasi dan khususnya dunia menulis. Darinya Anda bebas untuk memetik hikmah dan inspirasi entah dari sisi mana saja. Ibarat proses transaksi jual beli, sayalah penjual dan Anda pembelinya.
Sejalan dengan Robert Louis Stevenson dalam buku Donny Herdianto Creative Selling Everyday (2016), “Everyone lives by selling something”—setiap orang hidup dengan menjual sesuatu. Setiap orang, tanpa kecuali, tak bisa terlepas dari peristiwa transaksi jual-beli “sesuatu” ini. “Setiap orang” bisa meliputi saya dan Anda, dan “sesuatu” bisa mencakup objek yang begitu luas, termasuk gagasan (karya tulis). 
Ya, menulis itu ibaratnya juga menjual, writing is selling—persisnya menjual gagasan lewat tulisan. Sementara itu, reading is buying, membaca itu membeli gagasan. Dalam buku ini komoditas yang saya jual adalah gagasan-gagasan pemikiran dan refleksi dengan kemasan struktur dan bahasanya. Seberapa tertarik dengan makna yang dikandungnya, Anda yang menentukan. Jika Anda tertarik dan memetik gagasan saya, di situlah Andalah telah membelinya.
Meski demikian, pengemasan “komoditas” buku ini hanya upaya kecil saya untuk menghimpun tulisan saya yang berserakan di media cetak dan online (blog). Itulah tulisan-tulisan yang saya hasilkan  (hampir) setiap hari—yakni setiap pukul 03.00 hingga subuh menyapa. Bagi saya menulis setiap hari adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan rasa gembira dan ikhlas. Mengemasnya menjadi buku juga terasa nikmatnya.
Mengingat tulisan-tulisan yang ada semula tidak khusus dimaksudkan untuk menyusun buku, maka keberagaman topik tulisan dalam buku ini tampak di sana-sini, baik tentang dunia literasi maupun dunia menulis. Karena itu, buku ini bisa diibaratkan sebagai hasil tenunan berbagai warna benang untuk mendapatkan kain yang indah dan harmonis. Jangan tertarik dulu, tunggu hingga membaca prakata ini dengan tuntas.
Sekarang, mengapa saya menentukan judul buku ini dengan "Mata Kata: Dari Literasi Diri"? Ada alasan mendasar untuk itu. Pertama, artikel-artikel dalam buku ini memang merupakan saksi nyata bagi pemikiran dan praktik literasi saya sendiri, bukan orang lain. Frase “dari literasi diri” memang dimaksudkan untuk sebuah pengakuan dan penegasan. Sebagian berbincang tentang praktik-praktik literasi yang saya hayati; sebagian lagi tentang menulis, dunia yang saya tekuni selama ini.
Saya menyadari bahwa apapun yang saya angankan dan pikirkan akan lenyap, apapun yang saya katakan akan terlupakan, dan apapun yang saya lakukan tak akan berbekas—kecuali dituliskan. Dengan menuliskan pemikiran dan praktik literasi, saya mencoba mengabadikan apa yang seharusnya saya abadikan. Kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pintar setinggi langit, tapi selagi ia tidak menulis, ia akan hilang di masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Kedua, saya yakin, hakikatnya kata itu memiliki mata, sebab kata selalu hidup dan dinamis. Dalam dunia seorang subjek, mata mampu  melihat objek di mana ia akan menemukan maknanya secara lebih lengkap. Satu kata akan menjadi frase jika bertemu satu atau kebih kata lain. Ia juga akan bertemu kata-kata lain untuk membentuk klausa, kalimat, paragraf, esai, paper, dan karya yang lebih kompleks.
Di mata penulis kata benar-benar hidup. Kata digunakan untuk menangkap dan memproduksi makna ke dalam wacana yang bisa dipahami orang lain. Semakin tajam naluri penulis dalam menggunakan perbendaharaan kata, maka semakin kerap kata memainkan perannya. Sebaliknya, semakin miskin perbendaharaan kata, maka semakin monoton dan kering wacana yang dihasilkannya.
Pada sisi lain, semakin kaya penulis dalam perbendaharaan kata, semakin mudah pula penulis itu menghadirkan makna bagi pembaca. Setiap ide yang berseliweran di dalam akalnya mendapatkan simbolnya berupa kata-kata, sehingga maksudnya bisa ditransfer ke atas kertas secepat ia memikirkannya. Ada yang menganggap, menulis itu berpikir di atas kertas.
Maka, cintailah kata—dan kata akan mencintaimu, begitu ungkapan Gol A Gong, penulis prolifik dengan 128 judul buku. Ungkapan itu menyiratkan, jika kita banyak belajar untuk menambah perbendaharaan kata, maka saat menulis kita akan lebih mudah memilih diksi yang representatif bagi gagasan kita. Dalam konteks demikian, mata kata kita tajam dan berwibawa serta cerdas dalam mewakili kita mengamati, mengevaluasi, dan menyuarakan maksud kita. 
Sebaliknya, jika kita malas membaca dan memperkaya perbendaharaan kata, kita tunggu saja “pembalasan” kata. Kita akan berkesulitan menemukan kata tertentu hanya untuk mengungkap sesuatu maksud. Akibatnya, kemacetan menulis melanda kita. Maka benar adanya bahwa bacaan bagus akan menghasilkan karya bagus, sedangkan bacaan kurang bagus akan menghasilkan karya bobrok.
Mudah-mudahan buku sederhana ini menemukan surga dan galeri kreatifnya di hati pembaca yang budiman. Diharapkan ia membaca bathin pembaca sekalian, dan menginspirasinya untuk menghasilkan karya yang jauh lebih  baik. Jika hal ini tercapai, di situlah tanaman ilmu atau pengetahuan menghasilkan bunga dan buah-buahnya.*

Surabaya, 3 Januari 2017
#Dosen Unesa, penggerak literasi
#Trainer, editor, penulis 42 buku
#Blog-1: muchkhoiriunesa.blogspot.com
#Blog-2: muchkhoiri.gurusiana.id
#Website-1: jalindo.net
#Website-2:  sahabatpenakita.id
#Facebook:  much.khoiri.90
#Instagram-1: @much.khoiri
#Instagram-2: @emcho_bookstore


*Tulisan di atas diambil dari buku Much. Khoiri “Mata Kata: Dari Literasi Diri” (Pagan Press, Lamongan, 2017), halaman v-viii.

**Pesan buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789

10 comments:

  1. Prakata yg luar biasa. Sarat dg kata penuh makna. Ini prakata tingkat dewa.

    ReplyDelete
  2. Words are alive.
    Tulisan yang penuh pemikiran dan refleksi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak CepGa, makasih telah berkenan mampir dan komen.

      Delete
  3. Saya masih belum punya banyak perbendaharaan kata untuk bisa mengomentari rangkaian kata-kata yang penuh makna ini

    ReplyDelete
  4. Trm ksh Abah...byk ilmu & makna yg dpt diambil walaupun baru melalui halaman Prakata....

    ReplyDelete

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts