Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Saturday, March 28, 2020

WRITING IS SELLING


Oleh: MUCH. KHOIRI

"Everybody lives by selling something," ungkap Robert Louis Stevenson (1850-1894), novelis, penyair, esais, dan penulis perjalanan Skotlandia. Penulis yang sangat inspiratif itu menegaskan bahwa setiap orang hidup dengan menjual sesuatu.

Sesuatu di sini, tentu, bisa diisi dengan apapun yang bisa ditransaksikan dalam hitungan nominal dan non-nominal. Saking luasnya, sesuatu itu bisa diganti dengan sebarang "kata benda" yang produktif. Dan ia jelas dilakukan oleh setiap orang yang masih hidup.

Ya, setiap orang, tanpa kecuali, menjual sesuatu dalam hidup ini: gagasan, produk, jasa, keterampilan, talenta, atau kesempatan. Menjual kepada siapa? Tentu, kepada "calon konsumen" dari apa yang dijual. Ada transaksi antara penjual dan pembeli "sesuatu", dan akhirnya akan terjadi penjualan, penundaan, atau penolakan.

Menulis, hakikatnya, juga menjual sesuatu gagasan, dengan mendeskripsikan, menarasikan, memaparkan, atau mengargumentasikannya. Tujuan utamanya untuk meyakinkan pembaca agar menerima gagasan itu. Penulis menjual, pembaca membelinya. Jika diterima, gagasan itu laku, dan jika ditolak, gagasan itu layu.

Dalam sejarahnya, Stevenson adalah "penjual" karya yang luar biasa. Pengaruhnya dalam dunia sastra begitu luas dan abadi. Sebagian pengagumnya para pemenang hadiah Nobel Sastra, di antaranya Jorge Luis Borges, Ernest Hemingway, and Rudyard Kipling. Belum lagi para pecinta sastra yang tersebar si seluruh dunia. Maksudnya, ibaratnya, barang dagangannya dibeli oleh begitu banyak orang.

Tentu saja, siapapun boleh meneladani Stevenson. Ungkapan tersebut diucapkan karena dia telah menjalaninya. Dia telah menunjukkan keteladanan. Karya-karyanya hebat, itulah pula yang menjadi basis kemasyhurannya sehingga dia menerima anugerah berbagai hadiah sastra.

Maka, menulis yang berpengaruh adalah menulis dengan berbagai kekuatan. Kekuatan itu terpancar, bukan hanya karena mutu gagasan, melainkan juga kemasan gagasan dan penggunaan bahasa yang meyakinkan. Di mana, siapa, dan bagaimana menjualnya juga amat menentukan laku-tidaknya tulisan itu.

Tentu saja, produk tulisan yang diciptakan haruslah bagus, jangan asal-asalan. Inilah modal awal bagi katerjualan sebuah tulisan. Mutu tulisan adalah harga mati (fixed price), tak bisa ditawar-tawar lagi. Selagi kualitas bagus, jika dijual dengan cara tepat, hasilnya akan menggembirakan. Semut selalu mencari gula manis, karena baginya rasa manis sangat menarik dan melenakan.

Kemasan juga penting. Gagasan bagus tidak akan menarik pembaca jika penyajian tulisan, termasuk logika dan bahasa, tidak menarik dan salah terap. Banyak tulisan gagal terbit gara-gara kegagalan penulis dalam mengelola dan mengolah gagasannya. Sebaliknya, gagasan sederhana bisa "menjual" karena ada sentuhan kemasan yang sangat menarik.

Bukan itu saja, menulis harus pula dibarengi dengan keterampilan menjual tulisan dengan proaktif, efektif, dan percaya diri. Banyak media tempat menjual tulisan, di antaranya website, blog, medsos, seminar, jurnal, dan buku. Semakin banyak orang yang membaca karya kita, semakin banyak kemungkinan melakukan transaksi, semakin besar pula angka penjualannya.

Banyak keteladanan yang bisa dipetik dari para penulis dunia dan nasional. Stevenson, Borges, Hemingway, Kipling, dan sederet sastrawan dunia telah membuktikannya. Jika Shakespeare "menjual" karyanya, sejunlah 34 buku, maka kita jangan sampai cepat puas diri. Entah berapa karya yang ditulis Hamka, Pramoedya Ananta Toer, Putu Wijaya, Emha Ainun Nadjib, dan para penulis prolifik negeri ini yang karyanya bertebaran di mana-mana.

Maka, kini saatnya kita membekali diri dengan niat kuat untuk lebih banyak menulis. Targetnya, pembaca harus membeli penawaran gagasan yang disampaikan. Bahkan, setelah membeli gagasan kita, mereka juga akan menjual gagasan mereka ke pembaca yang lebih luas. Siapa tahu kita menjadi agen kontinuitas pengetahuan dari generasi ke generasi.*

*Much. Khoiri adalah dosen, editor, dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya

No comments:

Post a Comment

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts