Oleh A. Mustamsikin
Koiri
Tepat enam hari sudah, saya membaca buku Virus Emcho, Berbagi Epidemi Inspirasi (Desember 2017). Semenjak buku ini sampai ke tangan saya hari senin lalu (22-01-2018) dari penulisnya, buku ini secara perlahan saya terus membacanya. Dari baris kalimat, paragraf, hingga dari halaman ke halaman.
Saking ingin segera mengkhatamkan buku yang renyah pemberian penyusunya yakni Pak Emcho--sapaan Much. Khoiri--buku ini pun saya tenteng di setiap ada kesempatan membaca. Buku ini pula yang ikut serta menemani kegiatan saya baik di rumah maupun di sekolah tempat saya belajar dan bekerja.
Buku yang masih hangat--selepas terbit Desember 2017--dari penerbit, buku ini sungguh menarik hati. Selain sebab saya peroleh secara free ( gratis), di dalam buku ini juga ada sekelumit goresan pena (alias tulisan) saya untuk Pak Emcho.
Beberapa hal lain yang menarik dari buku ini, adalah banyak melibatkan penulis di dalamnya. Tidak kurang dari dua puluh tiga penulis, yang ikut serta menghiasi setiap halaman dalam buku ini.
Setiap penulis menuangkan indah goresan tintanya tentang sosok Pak Emcho. Baik terkait langsung dengan beliau--seperti tatap muka langsung, atau membaca buku beliau--atau tidak secara langsung--sekilas mengutip gagasan dan nama beliau.
Dari dalam buku ini, banyak ucapan yang apresiatif terhadap sosok Pak Emcho. Kendati tidak dimungkiri, setiap penulis dapat selalu menyapa beliau secara langsung namun, semacam ada ikatan batin dengan beliau Pak Emcho ini. Seperti halnya saya sendiri, saya hanya sekali bertatap muka dengan beliau saat temu penulis di KOPDAR SPN IV di ITS Surabaya tahun lalu. Namun demikian, kesan mendalam, tawa renyah, dan humorisnya beliau masih terkenang dalam alam pikir saya.
Dengan membaca buku Virus Emcho ini penulis akan dibawa serasa menemukan sebuah oase. Mata air padang pasir yang dapat mengobati rasa dahaga yang amat sangat; sedang oase itu sendiri adalah sosok Pak Emcho. Ia bukan hanya menjadi sosok teladan, guru menulis, namun juga sebagai penebar virus literasi yang andal.
Hingga kini, mungkin sudah banyak orang yang terjangkiti oleh virus literasi yang ditebar oleh Pak Emcho. Tak pelak, sebab virus tersebut bermunculanlah penulis-penulis baru yang terinspirasi dari beliau.
Inspirasi, dan keteladanan beliau sungguh menggiurkan. Mulai dari semboyan “Write or Die” (menulis atau mati) hingga buku tenarnya SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan (2016). Dan masih banyak lagi.
Sebagai penutup, sesungguhnya masih banyak yang ingin saya uraikan dalam tulisan ini, namun apa daya, sesuai judul, penulis hanya mendedah sekelumit saja. Di samping ini, penulis berterimakasih kepada Pak Emcho-- jazakumullah Khairan Katsiran --atas bukunya. Semoga Pak Emcho selalu dalam keberkahan Bissihah Wa 'Afiyah.[]
Wallahu A'lam Bissawab.
Tepat enam hari sudah, saya membaca buku Virus Emcho, Berbagi Epidemi Inspirasi (Desember 2017). Semenjak buku ini sampai ke tangan saya hari senin lalu (22-01-2018) dari penulisnya, buku ini secara perlahan saya terus membacanya. Dari baris kalimat, paragraf, hingga dari halaman ke halaman.
Saking ingin segera mengkhatamkan buku yang renyah pemberian penyusunya yakni Pak Emcho--sapaan Much. Khoiri--buku ini pun saya tenteng di setiap ada kesempatan membaca. Buku ini pula yang ikut serta menemani kegiatan saya baik di rumah maupun di sekolah tempat saya belajar dan bekerja.
Buku yang masih hangat--selepas terbit Desember 2017--dari penerbit, buku ini sungguh menarik hati. Selain sebab saya peroleh secara free ( gratis), di dalam buku ini juga ada sekelumit goresan pena (alias tulisan) saya untuk Pak Emcho.
Beberapa hal lain yang menarik dari buku ini, adalah banyak melibatkan penulis di dalamnya. Tidak kurang dari dua puluh tiga penulis, yang ikut serta menghiasi setiap halaman dalam buku ini.
Setiap penulis menuangkan indah goresan tintanya tentang sosok Pak Emcho. Baik terkait langsung dengan beliau--seperti tatap muka langsung, atau membaca buku beliau--atau tidak secara langsung--sekilas mengutip gagasan dan nama beliau.
Dari dalam buku ini, banyak ucapan yang apresiatif terhadap sosok Pak Emcho. Kendati tidak dimungkiri, setiap penulis dapat selalu menyapa beliau secara langsung namun, semacam ada ikatan batin dengan beliau Pak Emcho ini. Seperti halnya saya sendiri, saya hanya sekali bertatap muka dengan beliau saat temu penulis di KOPDAR SPN IV di ITS Surabaya tahun lalu. Namun demikian, kesan mendalam, tawa renyah, dan humorisnya beliau masih terkenang dalam alam pikir saya.
Dengan membaca buku Virus Emcho ini penulis akan dibawa serasa menemukan sebuah oase. Mata air padang pasir yang dapat mengobati rasa dahaga yang amat sangat; sedang oase itu sendiri adalah sosok Pak Emcho. Ia bukan hanya menjadi sosok teladan, guru menulis, namun juga sebagai penebar virus literasi yang andal.
Hingga kini, mungkin sudah banyak orang yang terjangkiti oleh virus literasi yang ditebar oleh Pak Emcho. Tak pelak, sebab virus tersebut bermunculanlah penulis-penulis baru yang terinspirasi dari beliau.
Inspirasi, dan keteladanan beliau sungguh menggiurkan. Mulai dari semboyan “Write or Die” (menulis atau mati) hingga buku tenarnya SOS (Sapa Ora Sibuk): Menulis dalam Kesibukan (2016). Dan masih banyak lagi.
Sebagai penutup, sesungguhnya masih banyak yang ingin saya uraikan dalam tulisan ini, namun apa daya, sesuai judul, penulis hanya mendedah sekelumit saja. Di samping ini, penulis berterimakasih kepada Pak Emcho-- jazakumullah Khairan Katsiran --atas bukunya. Semoga Pak Emcho selalu dalam keberkahan Bissihah Wa 'Afiyah.[]
Wallahu A'lam Bissawab.
Kediri, 27-01-2018.
*Artikel di
atas diambil dari buku karya Much. Khoiri “Virus Emcho Melintas Batas Ruang
Waktu” (Sidoarjo, Tankali, 2020), hlm. 13-15.
**Pesan
buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789
No comments:
Post a Comment
Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.