Inilah Ruang Kreatif untuk Refleksi dan Narasi Literasi: Corong Virus Emcho Menyuarakan Pikiran, Imajinasi, dan Emosi Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Gigih Berjuang Lewat Tulisan!

Wednesday, April 15, 2020

MENEBAR VIRUS KARAKTER RELIJIUS, Sebuah Kata Pengantar

Buku karya Priyandono

Oleh: MUCH. KHOIRI

BEBERAPA dasa warsa lalu, masyarakat sangat mengagungkan kecerdasan akademik atau lebih akrab dengan IQ (intelligence quotient) sebagai penentu kesuksesan. Barangsiapa memiliki IQ tinggi, dialah yang dipercaya meraih sukses di masa depan. Ternyata, sejalan pergeseran waktu dan konsep kesuksesan, bergeserlah keyakinan masyarakat tentang apa yang berpengaruh besar pada kesuksesan: ada keserdasan emosional (emotional quotient, EQ), kecerdasan spiritual (spiritual quotient, SQ), kecerdasan emosional-spritual (emotional and spiritual quotient, ESQ) dan sebagainya.

Penulis buku ini, Sdr. Priyandono, menegaskan pentingnya “karakter relijius.” Meski tidak secara eksplisit mengatakannya, dia sangat yakin bahwa karakter relijius bisa menjadi “kata kuncinya”. Dengan menempatkan karakter sebagai kata kunci, kita bisa mengukur seberapa penting hal ini bagi kerangka pikir dalam penyusunan buku ini.

Karakter relijius sendiri merupakan salah satu karakter utama yang digarap pemerintah kita dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang didukung dengan pembudayaan literasi. Empat karakter utama lain adalah nasionalisme, gotong royong, mandiri, dan integritas. Dalam pandangan penulis buku, karakter relijius merupakan karakter mendasar yang bersumber pada keyakinan pada Tuhan yang sangat penting untuk ditumbuhkembangkan bagi siapa saja—yang dengan sendirinya memperkuat empat karakter lain.

Tatkala orang memiliki karakter relijius kuat, amat boleh jadi dia memiliki jiwa nasionalisme kuat pula; sebab, berbagai Agama juga mewajibkan umatnya untuk membela negara. Orang berkarakter relijius kuat juga suka bergotong-royong; selain karena harus saling-mengenal, dia hakikatnya makhluk sosial yang wajib membantu orang lain. Orang berkarakter relijius juga harus mandiri—malu untuk bergantung pada orang lain; karena itu, dia akan bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Selain itu, orang berkarakter relijius membentuk diri sebagai manusia berintegritas. Dia memiliki konsep diri dan keyakinan diri yang kokoh berkat pengenalan diri yang paripurna.

Bagi penulis buku ini, karakter relijius sangat penting agar setiap gerak dan langkah seseorang selalu menghadirkan Tuhan. Menurutnya, tidak ada satu pun yang diraih seseorang tanpa intervensi Tuhan. Bagi orang berkarakter relijius, Tuhan senantiasa hadir di dalam dirinya: pikiran, perasaan, ucapan, sikap dan perilakunya. Inilah, menurut penulis buku, yang harus ditebarkan dan disuburkan hidupnya di ruang persemaian yang lebih luas.

Menebar virus karakter relijius, tentu, bisa beragam caranya. Dalam buku ini, penulis buku berbagi tulisannya—dengan keyakinan bahwa artikel-artikel yang ada berpotensi memiliki andil besar membentuk karakter relijius. Bahkan, dia menegaskan, buku ini dapat menuntun seseorang menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Tentu saja, semua itu terjadi tatkala artikel ini dibaca, dipahami, dan diamalkan dengan segenap hati. Jangan percaya sekarang; bacalah dulu isinya, barulah Anda boleh bersikap.

 Terdapat 15 artikel yang menarik untuk dituntaskan satu per satu—yang kebanyakan merupakan artikel reflektif dan evaluatif atas fenomena atau pengalaman hidup yang beragam. Artikel pertama, yang menjadi judul buku ini, adalah “Bisnis dengan Tuhan” yang mengisyaratkan kepada pembaca untuk hanya berbisnis atau bertransaksi dengan Tuhan. Jika kita beribadah, lakukan yang terbaik dan ikhlas, dan biarlah Tuhan “membayar” nilai pengabdian yang kita tunaikan. Demikian pun ketika kita bersedekah, beramal shalih, dan sebagainya. Artikel ini mengandung bias-bias makna yang luas, sehingga tepat rasanya jika ia jadikan judul buku ini.

Artikel-artikel lain seperti “Mencari Berkahnya, Bukan Jumlahnya”, “Rezeki Terbaik adalah Sabar”, “Padukan Kesalehan Ritual dengan Kesalehan Natural”, “Menghadirkan Tuhan di Sekolah”, dan sebagainya menawarkan pencerahan-pencerahan  yang patut dipetik hikmah dan inspirasinya. Akan lebih indah maknanya tatkala kita sebagai pembaca melakukan refleksi kritis dan evaluatif setelah membaca setiap satu artikel. Rasakan ada dialog kecil internal yang mengayakan.

Saya berharap, seluruh artikel dalam buku ini menyapa pembaca dengan telaten hingga titik terakhir. Setidaknya seperti yang saya alami, buku ini membuat saya betah membacanya—karena buku disajikan dengan bahasa egaliter, sederhana, dan mengalir. Bagi siapapun yang memburu karakter relijius—baik siswa, guru, praktisi pendidikan, maupun masyarakat umum—buku ini pantas dijadikan dalah satu koleksi bacaan yang mencerahkan.

Tentu saja, dalam kesempatan ini, saya sampaikan apresiasi kepada penulis buku ini, seseorang guru yang memang suka menulis di berbagai media massa dan jurnal ilmiah. Diterbitkannya buku ini membuktikan bahwa penulis buku ini termasuk dalam jajaran “guru penulis”, yakni guru yang profesional dan sekaligus menekuni avokasi (profesi tambahan) sebagai penulis. Mudah-mudahan Pak Pri—begitu saya sering menyapanya—istiqamah dalam berkarya dan menyandang status guru penulis.

Dengan memohon ridha Tuhan yang Maha Pemurah, saya panjatkan doa dari lubuk hati paling dalam agar virus relijius menebar luas ke segala penjuru negeri tercinta ini. Insyaallah kelak kita akan mendapati lebih banyak manusia Indonesia yang kuat karakter relijiusnya. Akhirnya, selamat membaca dengan segenap hati, dan selamat memetik mutiara hikmah dan inspirasi.[]

*Artikel ini adalah kata pengantar untuk buku Ki Priyandono berjudul “Berbisnis dengan Tuhan” (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2018). Terima kasih disampaikan kepada penulis buku dan penerbit.

**Pesan buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789




16 comments:

  1. Kata pengantar yang keren untuk buku yang juga keren.

    ReplyDelete
  2. Aba Emcho seorang motivator sejati bagi saya yg selalu siap dg ilmu penyemangat dalam menulis.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah sae pisan Aa/Pak Muhammad Khoiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makaasih banyak Bu Ani. Sehat selalu, berkarya selalu

      Delete
  4. Virus kebaikan wajib hukumnya untuk disebarkan ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali, bu hajjah. Makasih, telah saling menguatkan

      Delete
  5. Alhamdulillah pengantar yang memang keren , setuju dengan Neng Lili Priyani yang style of writing Anda berdua bahi saya amat menginspirasi, selain selaras dengan puebi, wawasan keilmuannya setara profesor. Semoga bermanfaat bukunya juga bagi keberkahan keilmuan.

    ReplyDelete
  6. Assalamualaikum, cth kata pengantar yg bagus & membuat pembaca jadi penasaran utk segera membaca isi buku tsb...trm ksh Abah Khoiri yg senantiasa menginspirasi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. B Fety, matur nuwun atas apresiasinya. Salam kreatif selalu

      Delete
  7. Relijius sebagai induk kecerdasan lainnya. Harus dikuasai. Bila ingin sukse!

    ReplyDelete
  8. Knowledge is power but character is more... 👍👍

    ReplyDelete

Terima kasih banyak atas apresiasi dan krisannya. Semoga sehat selalu.

Dulgemuk Berbagi (6): TULISAN MENUNJUKKAN PENULISNYA

Oleh Much. Khoiri DALAM cangkrukan petang ini, setelah menyimak video-video tentang tokoh yang mengklaim dan diklaim sebagai imam besar, P...

Popular Posts