![]() |
Buku karya Priyandono |
Oleh:
MUCH. KHOIRI
BEBERAPA dasa
warsa lalu, masyarakat sangat mengagungkan kecerdasan akademik atau lebih akrab
dengan IQ (intelligence quotient)
sebagai penentu kesuksesan. Barangsiapa memiliki IQ tinggi, dialah yang
dipercaya meraih sukses di masa depan. Ternyata, sejalan pergeseran waktu dan
konsep kesuksesan, bergeserlah keyakinan masyarakat tentang apa yang
berpengaruh besar pada kesuksesan: ada keserdasan emosional (emotional quotient, EQ), kecerdasan
spiritual (spiritual quotient, SQ), kecerdasan
emosional-spritual (emotional and
spiritual quotient, ESQ) dan sebagainya.
Penulis buku
ini, Sdr. Priyandono, menegaskan pentingnya “karakter relijius.” Meski tidak
secara eksplisit mengatakannya, dia sangat yakin bahwa karakter relijius bisa
menjadi “kata kuncinya”. Dengan menempatkan karakter sebagai kata kunci, kita
bisa mengukur seberapa penting hal ini bagi kerangka pikir dalam penyusunan
buku ini.
Karakter
relijius sendiri merupakan salah satu karakter utama yang digarap pemerintah
kita dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang didukung dengan
pembudayaan literasi. Empat karakter utama lain adalah nasionalisme, gotong
royong, mandiri, dan integritas. Dalam pandangan penulis buku, karakter
relijius merupakan karakter mendasar yang bersumber pada keyakinan pada Tuhan yang
sangat penting untuk ditumbuhkembangkan bagi siapa saja—yang dengan sendirinya
memperkuat empat karakter lain.
Tatkala orang
memiliki karakter relijius kuat, amat boleh jadi dia memiliki jiwa nasionalisme
kuat pula; sebab, berbagai Agama juga mewajibkan umatnya untuk membela negara.
Orang berkarakter relijius kuat juga suka bergotong-royong; selain karena harus
saling-mengenal, dia hakikatnya makhluk sosial yang wajib membantu orang lain.
Orang berkarakter relijius juga harus mandiri—malu untuk bergantung pada orang
lain; karena itu, dia akan bekerja keras, cerdas, dan ikhlas. Selain itu, orang
berkarakter relijius membentuk diri sebagai manusia berintegritas. Dia memiliki
konsep diri dan keyakinan diri yang kokoh berkat pengenalan diri yang
paripurna.
Bagi penulis
buku ini, karakter relijius sangat penting agar setiap gerak dan langkah
seseorang selalu menghadirkan Tuhan. Menurutnya, tidak ada satu pun yang diraih
seseorang tanpa intervensi Tuhan. Bagi orang berkarakter relijius, Tuhan
senantiasa hadir di dalam dirinya: pikiran, perasaan, ucapan, sikap dan
perilakunya. Inilah, menurut penulis buku, yang harus ditebarkan dan disuburkan
hidupnya di ruang persemaian yang lebih luas.
Menebar virus
karakter relijius, tentu, bisa beragam caranya. Dalam buku ini, penulis buku
berbagi tulisannya—dengan keyakinan bahwa artikel-artikel yang ada berpotensi
memiliki andil besar membentuk karakter relijius. Bahkan, dia menegaskan, buku
ini dapat menuntun seseorang menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Tentu saja,
semua itu terjadi tatkala artikel ini dibaca, dipahami, dan diamalkan dengan
segenap hati. Jangan percaya sekarang; bacalah dulu isinya, barulah Anda boleh
bersikap.
Terdapat 15 artikel yang menarik
untuk dituntaskan satu per satu—yang kebanyakan merupakan artikel reflektif dan
evaluatif atas fenomena atau pengalaman hidup yang beragam. Artikel pertama,
yang menjadi judul buku ini, adalah “Bisnis dengan Tuhan” yang mengisyaratkan
kepada pembaca untuk hanya berbisnis atau bertransaksi dengan Tuhan. Jika kita
beribadah, lakukan yang terbaik dan ikhlas, dan biarlah Tuhan “membayar” nilai
pengabdian yang kita tunaikan. Demikian pun ketika kita bersedekah, beramal
shalih, dan sebagainya. Artikel ini mengandung bias-bias makna yang luas,
sehingga tepat rasanya jika ia jadikan judul buku ini.
Artikel-artikel
lain seperti “Mencari Berkahnya, Bukan Jumlahnya”, “Rezeki Terbaik adalah
Sabar”, “Padukan Kesalehan Ritual dengan Kesalehan Natural”, “Menghadirkan
Tuhan di Sekolah”, dan sebagainya menawarkan pencerahan-pencerahan yang patut dipetik hikmah dan inspirasinya.
Akan lebih indah maknanya tatkala kita sebagai pembaca melakukan refleksi
kritis dan evaluatif setelah membaca setiap satu artikel. Rasakan ada dialog
kecil internal yang mengayakan.
Saya
berharap, seluruh artikel dalam buku ini menyapa pembaca dengan telaten hingga
titik terakhir. Setidaknya seperti yang saya alami, buku ini membuat saya betah
membacanya—karena buku disajikan dengan bahasa egaliter, sederhana, dan
mengalir. Bagi siapapun yang memburu karakter relijius—baik siswa, guru,
praktisi pendidikan, maupun masyarakat umum—buku ini pantas dijadikan dalah
satu koleksi bacaan yang mencerahkan.
Tentu saja, dalam
kesempatan ini, saya sampaikan apresiasi kepada penulis buku ini, seseorang
guru yang memang suka menulis di berbagai media massa dan jurnal ilmiah.
Diterbitkannya buku ini membuktikan bahwa penulis buku ini termasuk dalam
jajaran “guru penulis”, yakni guru yang profesional dan sekaligus menekuni
avokasi (profesi tambahan) sebagai penulis. Mudah-mudahan Pak Pri—begitu saya sering
menyapanya—istiqamah dalam berkarya dan menyandang status guru penulis.
Dengan
memohon ridha Tuhan yang Maha Pemurah, saya panjatkan doa dari lubuk hati
paling dalam agar virus relijius menebar luas ke segala penjuru negeri tercinta
ini. Insyaallah kelak kita akan mendapati lebih banyak manusia Indonesia yang
kuat karakter relijiusnya. Akhirnya, selamat membaca dengan segenap hati, dan
selamat memetik mutiara hikmah dan inspirasi.[]
*Artikel ini adalah kata
pengantar untuk buku Ki Priyandono berjudul “Berbisnis dengan Tuhan” (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2018). Terima kasih disampaikan
kepada penulis buku dan penerbit.
**Pesan buku, hubungi HP/WA:
081331450689 / 081233838789
Kata pengantar yang keren untuk buku yang juga keren.
ReplyDeleteMakasih banyak. Ini komen yang juga keren.
DeleteAba Emcho seorang motivator sejati bagi saya yg selalu siap dg ilmu penyemangat dalam menulis.
ReplyDeleteMakasihg banyak nggih, mudah2an terus berkarya
DeleteAlhamdulilah sae pisan Aa/Pak Muhammad Khoiri.
ReplyDeleteMakaasih banyak Bu Ani. Sehat selalu, berkarya selalu
DeleteVirus kebaikan wajib hukumnya untuk disebarkan ya.
ReplyDeleteBenar sekali, bu hajjah. Makasih, telah saling menguatkan
DeleteAlhamdulillah pengantar yang memang keren , setuju dengan Neng Lili Priyani yang style of writing Anda berdua bahi saya amat menginspirasi, selain selaras dengan puebi, wawasan keilmuannya setara profesor. Semoga bermanfaat bukunya juga bagi keberkahan keilmuan.
ReplyDeleteaamiin. terimna kasih, bu Ani
DeleteAssalamualaikum, cth kata pengantar yg bagus & membuat pembaca jadi penasaran utk segera membaca isi buku tsb...trm ksh Abah Khoiri yg senantiasa menginspirasi...
ReplyDeleteB Fety, matur nuwun atas apresiasinya. Salam kreatif selalu
DeleteRelijius sebagai induk kecerdasan lainnya. Harus dikuasai. Bila ingin sukse!
ReplyDeleteMakasih banyak, P Sutanto. Sehat selalu nggih
DeleteKnowledge is power but character is more... 👍👍
ReplyDeleteA very good comment. thanks a million
Delete