Oleh Ahmad Rasyid
Masih tersimpan sebuah history dalam benak ini yang berasal dari sesuatu yang tidak pernah dipersangkakan akan keterlibatan dalam sebuah momen Gerakan Guru Menulis (GGM) Kabupaten Malang yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya GGM Nusantara yang dikomandani oleh ibu Diah Pitaloka. Itu oleh seseorang yang memiliki andaian untuk bagaimana menjadi seorang penulis yang profesional. Namun, dahulu semua kemudian menjadi kandas di tengah jalan, di tengah-tengah seabrek tugas dan kewajiban yang selalu menghantui keseharian dan hampir memupuskan sebuah angan dimaksud.
Masih tersimpan sebuah history dalam benak ini yang berasal dari sesuatu yang tidak pernah dipersangkakan akan keterlibatan dalam sebuah momen Gerakan Guru Menulis (GGM) Kabupaten Malang yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya GGM Nusantara yang dikomandani oleh ibu Diah Pitaloka. Itu oleh seseorang yang memiliki andaian untuk bagaimana menjadi seorang penulis yang profesional. Namun, dahulu semua kemudian menjadi kandas di tengah jalan, di tengah-tengah seabrek tugas dan kewajiban yang selalu menghantui keseharian dan hampir memupuskan sebuah angan dimaksud.
Sebenarnya
sedari dulu adanya pertemanan penulis dalam sebuah grup facebook Guru Menulis dengan
seseorang yang bernama Much. Khoiri yang selalu dengan gigih dan intens
menyemangati rekan-rekan yang tergabung dalam grup tersebut untuk belajar
menulis dan menulis. Dengan berbagai dalih menjadi alasan untuk tidak ikut
terpengaruh sebenarnya. Hal yang lebih dipengaruhi oleh dera kewajiban lainnya.
Jawabannya keinginan menulis menjadi terbantahkan dan terpinggirkan.
Namun apalah daya kalau kemudian Tuhan menginginkan suatu perubahan bagi seseorang. Pada awal bulan Februari 2018 teman saya Ibu Indah Mustika Ayu, yang juga pertemanan di facebook, kemudian menjadi anggota grup whatsapp Masteksa, mengajak penulis untuk mengenal dunia kepenulisan dalam sebuah grup WA GGM Kabupaten Malang. Dan alhamdulillah dalam 2 bulan ini penulis benar-benar belajar menulis dan ingin menjadi penulis yang bisa mengikuti jejak penulis profesional yang lainnya di grup tersebut.
Namun apalah daya kalau kemudian Tuhan menginginkan suatu perubahan bagi seseorang. Pada awal bulan Februari 2018 teman saya Ibu Indah Mustika Ayu, yang juga pertemanan di facebook, kemudian menjadi anggota grup whatsapp Masteksa, mengajak penulis untuk mengenal dunia kepenulisan dalam sebuah grup WA GGM Kabupaten Malang. Dan alhamdulillah dalam 2 bulan ini penulis benar-benar belajar menulis dan ingin menjadi penulis yang bisa mengikuti jejak penulis profesional yang lainnya di grup tersebut.
Akhirnya
dalam berbagai kesempatan di sela-sela kesibukan penulis mau berkomitmen dan
tetap eksis untuk menulis yang kemudian di-share
di grup untuk mendapatkan apresiasi sekaligus kritikan dari beberapa master
yang telah bonafid. Apapun yang terbaca atau terlihat di depan mata, penulis
mencobanya untuk ditorehkan dalam sebuah tulisan. Baru kemudian di-share di grup.
Alhamdulillah, ternyata dalam grup ini tidak hanya ada Master Much. Khoiri yang kemudian lebih dikenal dengan Mr. Emcho si pemilik buku Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), namun bersua juga dengan Dr. Taufiqi , Dr. Sutejo, Dr. Ngainun Naim, Ibu Dyah Pitaloka, dan banyak yang lain yang selalu memberikan kata penyemangat (motivasi) bagi penulis yang kebanyakan berpredikat sebagai guru SD bahkan ada yang dari PAUD/TK. Adanya inisiatif dari pengurus GGM untuk kembali menggelar kopdar kedua setelah kopdar pertama, hal mana penulis tidak hadir pada saat itu, untuk bersua dengan beberapa maestro yang ada di grup ini secara langsung. Untuk mengenal sosoknya dan berkomunikasi dengannya, sebab tentu akan ada sesuatu atau aura positif yang bisa membangkitkan selera untuk menulis kembali, yaitu sebuah keinginan yang sempat pupus namun kemudian bangkit kembali.
Alhamdulillah, ternyata dalam grup ini tidak hanya ada Master Much. Khoiri yang kemudian lebih dikenal dengan Mr. Emcho si pemilik buku Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), namun bersua juga dengan Dr. Taufiqi , Dr. Sutejo, Dr. Ngainun Naim, Ibu Dyah Pitaloka, dan banyak yang lain yang selalu memberikan kata penyemangat (motivasi) bagi penulis yang kebanyakan berpredikat sebagai guru SD bahkan ada yang dari PAUD/TK. Adanya inisiatif dari pengurus GGM untuk kembali menggelar kopdar kedua setelah kopdar pertama, hal mana penulis tidak hadir pada saat itu, untuk bersua dengan beberapa maestro yang ada di grup ini secara langsung. Untuk mengenal sosoknya dan berkomunikasi dengannya, sebab tentu akan ada sesuatu atau aura positif yang bisa membangkitkan selera untuk menulis kembali, yaitu sebuah keinginan yang sempat pupus namun kemudian bangkit kembali.
Gayung
pun bersambut. Alhamdulillah, walaupun berpayah-payah dari Sumenep Madura
menuju kota Malang, dalam upaya bersua dan sembah sungkem dengan Sang Maestro
dan bersilaturahim dengan rekan-rekan sesama anggota grup WA GGM Malang, akhirnya
tidaklah hanya dalam khayalan, tapi menjadi sesuatu kenyataan yang berharga
tentunya dalam upaya merentas sebuah cita-cita untuk menjadi seorang penulis
yang paling tidak bisa bermanfaat untuk diri sendiri, dan yang lebih luas
bisa bermanfaat untuk orang banyak.
Beberapa saat setelah tiba di gedung Lembaga Pendidikan Ma'arif penulis duduk di kursi tamu yang berada di ruang depan datang dan nampaklah beberapa rekan panitia yang berpakaian hitam putih satu-satu mulai penulis mengenalnya dengan Bu Mida sang ketua, Mas Ucup, Mas Rosyid sang pemred. Selain itu ada juga Pak Slamet seorang guru SMP yang kemudian juga bergabung di GGM. Hadir juga Bu Risa yang masih muda, cantik, dan energik, namun penulis membatin: “Wah kalah aku sebab hari ini juga akan meluncurkan atau launching sebuah buku perdananya, hebat.”
Beberapa saat setelah tiba di gedung Lembaga Pendidikan Ma'arif penulis duduk di kursi tamu yang berada di ruang depan datang dan nampaklah beberapa rekan panitia yang berpakaian hitam putih satu-satu mulai penulis mengenalnya dengan Bu Mida sang ketua, Mas Ucup, Mas Rosyid sang pemred. Selain itu ada juga Pak Slamet seorang guru SMP yang kemudian juga bergabung di GGM. Hadir juga Bu Risa yang masih muda, cantik, dan energik, namun penulis membatin: “Wah kalah aku sebab hari ini juga akan meluncurkan atau launching sebuah buku perdananya, hebat.”
Tak
berapa lama mobil warna abu-abu metalik di parkir di depan gedung. Sempat
terpikir dalam benak penulis, siapa sih yang datang itu? Yang keluar ternyata
seorang lelaki (mohon maaf) agak gemuk yang apabila dilihat sepintas wajahnya
seseorang yang sudah familiar. Yah, itulah Mr. Emcho. Penulis hampiri beliau
dan penulis berupaya untuk mencium tangannya, namun beliau tak menghendakinya.
Akhirnya bersalaman biasa saja sebagaimana orang yang baru kenal. Memang benar,
kami baru kenal. Baru saling mengenal secara dhahir, namun secara implisit kami
telah saling mengenal atas jasa sosmed. Saat itu juga Bu Indah mengenalkan
kami, "Ini Pak Ahmad Rasyid yang dari Sumenep, Pak !"
"Alhamdulillah, ya, " jawab beliau spontan. Demikian indah memang.
Ibaratnya orang pacaraan, pertemuan pertama secara langsung adalah momen yang
amat indah, menyenangkan dan mengharukan. Bahkan sulit terlupakan.
Penulis pun masuk ke dalam ruangan di mana acara kopi darat akan digelar setelah beliau masuk lebih awal. Aku mencari dudukan paling belakang, maklum tamu, orang baru di istana yang baru pula. Dari belakang penulis pandangi wajah beliau yang sangat sederhana, namun familier dengan sepuas-puasnya. Betapa tak ingin penulis untuk melepasnya dari pandangan. Nampak dari raut wajahnya yang penuh kedewasaan dan amat rendah hati. Sangat jelas dari parangai yang sebegitu sumringah seolah tiada terhantui beban. Betapa banyak orang hebat, namun beliau sangat berbeda dengan yang lainnya, dalam upaya intensitas untuk membangun dan membesarkan komunitas yang berafiliasi dengan kebaikan, kemakmuran, dan yang paling penting getolnya hasrat pendewasaan "kliennya".
Hal yang begitu terkesan adalah saat panitia memberikan surprise terhadap hari ulang tahun beliau Mr. Emcho yang ke-53 (semoga tidak salah). Pembacaan puisi panjang buah karya mas "Ncup" (Yusuf Hamim) dengab tajuk "Simfoni Jannatul Makwa", masyaallah sangat mengharu biru, syahdu dibuai haru dengan tak tertahan air mata pun mengalir bak air Kali Berantas yang bening hening menuju ke lautan lepas utara Jawa. Kue tar enak kepenak disuguhkan. Penulis pun menyamperi beliau untuk memeluk dan mengecup tangannya. "Cukup, ustadz, alhamdulillah, terima kasih, alhamdulilah," kata beliau.
Ajang temu kangen sesama anggota grup GGM Kab. Malang yang digelar dengan tema "Tips Menulis di Ponsel, Website, Blog dan Majalah" bersama Mr. Much. Khoiri yang dilaksanakan di gedung lembaga pendidikan Ma'arif NU Kabupaten Malang pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2018 sungguh sangat mengesankan. Terima kasih Bu Achmida dan kawan-kawan, semoga hal ini benar-benar berbuah ilmu yang barakah serta terjalin komunikasi yang intens antara sesama guru penulis, demikian juga yang lainnya. Aamiin.[]
Malang-Surabaya, 31 Maret 2018
Penulis pun masuk ke dalam ruangan di mana acara kopi darat akan digelar setelah beliau masuk lebih awal. Aku mencari dudukan paling belakang, maklum tamu, orang baru di istana yang baru pula. Dari belakang penulis pandangi wajah beliau yang sangat sederhana, namun familier dengan sepuas-puasnya. Betapa tak ingin penulis untuk melepasnya dari pandangan. Nampak dari raut wajahnya yang penuh kedewasaan dan amat rendah hati. Sangat jelas dari parangai yang sebegitu sumringah seolah tiada terhantui beban. Betapa banyak orang hebat, namun beliau sangat berbeda dengan yang lainnya, dalam upaya intensitas untuk membangun dan membesarkan komunitas yang berafiliasi dengan kebaikan, kemakmuran, dan yang paling penting getolnya hasrat pendewasaan "kliennya".
Hal yang begitu terkesan adalah saat panitia memberikan surprise terhadap hari ulang tahun beliau Mr. Emcho yang ke-53 (semoga tidak salah). Pembacaan puisi panjang buah karya mas "Ncup" (Yusuf Hamim) dengab tajuk "Simfoni Jannatul Makwa", masyaallah sangat mengharu biru, syahdu dibuai haru dengan tak tertahan air mata pun mengalir bak air Kali Berantas yang bening hening menuju ke lautan lepas utara Jawa. Kue tar enak kepenak disuguhkan. Penulis pun menyamperi beliau untuk memeluk dan mengecup tangannya. "Cukup, ustadz, alhamdulillah, terima kasih, alhamdulilah," kata beliau.
Ajang temu kangen sesama anggota grup GGM Kab. Malang yang digelar dengan tema "Tips Menulis di Ponsel, Website, Blog dan Majalah" bersama Mr. Much. Khoiri yang dilaksanakan di gedung lembaga pendidikan Ma'arif NU Kabupaten Malang pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2018 sungguh sangat mengesankan. Terima kasih Bu Achmida dan kawan-kawan, semoga hal ini benar-benar berbuah ilmu yang barakah serta terjalin komunikasi yang intens antara sesama guru penulis, demikian juga yang lainnya. Aamiin.[]
Malang-Surabaya, 31 Maret 2018
*Artikel di
atas diambil dari buku karya Much. Khoiri “Virus Emcho Melintas Batas Ruang
Waktu” (Sidoarjo, Tankali, 2020), hlm. 16-20.
**Pesan
buku, hubungi HP/WA: 081331450689 / 081233838789
Alhamdulillah, Master.
ReplyDeleteKilauan cahya akan tenggelam di kala malam tiba. Namun, kiprah literasi tak kan terpengaruh oleh gelap gulitanya malam. Itulah mengapa secara pribadi Master adalah guru harap jauh bagi saya bidang literasi. Virus Emcho benar-benar sudah menjadi pandemi dalam hati pelaku/penikmat dan pemerhati dunia literasi.
Salam kangen sekali....💞
Kuingin memelukmu ....💝
Terima kasih juga atas kunjungannya di blog ini. Semoga kapan2 kita bisa bersua dan berbagi banyak hal.
DeleteMaaf.. Master adalah guru jarak jauh bidang literasi..👆👆👆
ReplyDeleteInsyaallah siap
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete